Sabtu, 30 Januari 2016

NYOMIE DAN MAX : Gadget apa mengenal alam ?


Menikah, Tak ada alasan buat gantung carrier anda ?

Ketika anak-anak berusia tiga tahun pada umumnya mulai sibuk mengenal gadget, Max tengah asyik bermain-main di jalur pendakian. Saya terpukau, sudah 15 puncak gunung dan bukit ia jejaki, termasuk Puncak Gunung Rinjani yang ia daki sebelum usianya genap dua tahun!
Saya berkenalan dengan ibu Max, seorang dokter hewan bernama Nyoman Sakyarsih. Saya menyapanya dengan nama Mba Nyomie. Pengikutnya di Instagram sudah mencapai 7.880 orang, dan saya adalah salah satunya. Melihat foto-foto yang diunggah @nyomiez di Instagram seperti membaca cerita perjalanannya bersama Max. Komentar yang ia terima di media sosial pun beraneka ragam. Dukungan dari para pengikutnya, tentu saja. Pernah pula ia menerima cibiran karena membawa anak balita dalam pendakian gunung. Apa pun itu, saya terkesan dengan segala hal yang sudah mereka lalui selama melakukan perjalanan-perjalanan.
Pekan lalu saya mencoba menghubungi Mba Nyomie. Pesan yang saya kirim melalui WhatsApp pun sempat menggantung selama dua hari. Tak dijawab. Ternyata, ia bersama Max baru usai mendaki Gunung Argopuro di Jawa Timur. Ah, saya semakin penasaran untuk berkenalan dengan mereka! Inilah hasil perbincangan kami.
Halo Mba Nyomie! Apa kabar? Apa kesibukan Mba Nyomie akhir-akhir ini?
Kesibukan, ya biasa bekerja sehari-hari, mengurus hewan sakit aja.
Baru turun gunung sama Max ya? Dari mana?
Iya, ini baru turun dari Argopuro tanggal 19 Januari 2016.
Ada rencana jalan lagi sama Max? Kapan dan ke mana?
Rencana yg diinginkan sih banyak tapi ya. Lihat situasi belum tau kapan bisa libur lagi. Tapi bulan depan, karena ada acara seminar di Bali, mungkin sekalian jalan.
Ketika kebanyakan orang tua lebih milih bawa anaknya main ke taman, mall, atau pantai, kenapa Mba Nyomie milih bawa Max ke gunung?
Sebenernya Max juga suka mall kalo ada playing ground-nya atau pantai karena banyak air di sana. Tapi aku sendiri ga begitu suka keramaian, jadi lebih was-was mengawasi anak kalau banyak orang. Kebetulan, Max suka banget diajak mendaki setelah (pendakian) yang pertama kali. Akhirnya berlanjut sampai sekarang. Refreshing bisa sekaligus buat ibu dan anak.
Kapan pertama kali Max naik gunung?
Usia lima bulan.
Lima bulan? Gunung pertama yang didaki Max?
Kalau usia 5 bulan gunungnya didaki Max digendong itu di Bromo, tapi kalau mulai trekking jalan sendiri ya di Rinjani usia satu tahun 11 bulan.
Udah berapa gunung yang didaki Max?
Sebenernya dulu ga bermaksud hitung gunung tinggi-tinggi, jadi kita hitung puncak-puncak, termasuk bukit-bukit kecil seperti di Dieng. ya kalau ditotal bisa 15 puncak.
Ribet ga sih bawa anak kecil naik gunung? Misalnya kebutuhan air untuk susu atau bersih-bersih? Belum lagi kalau Max rewel di perjalanan. Gimana cara menyiasati kebutuhan Max selama pendakian?
Ribet banget! Semakin besar usianya justru tantangan ribet di perjalanan semakin besar. Kalau dulu, bayi cuma tidur, minum susu, makan bubur, tidur lagi. Sekarang dia semakin merasa berhak trekking sendiri. Jadi orang yang menggendong juga semakin terbebani (dengan) kehebohannya loncat-loncat di gendongan. Padahal, banyak kondisi di mana dia ga mungkin jalan sendiri. Misalnya medan terlalu licin atau tanjakan dan turunan terjal. Sejak kecil ga ada masalah untuk kebutuhan air, dia mudah beradaptasi. Hal yang susah hanya makan, karena seperti banyak anak seumur dia, makan selalu pilih-pilih. Makanya aku kadang mempersiapkan menu sendiri untuk dia, dan beberapa alternatif kalau dia ga suka.
Itu kesulitan terbesar akhir-akhir ini selain urusan jalan. Apalagi kemarin ke Argopuro yang memang trek-nya terpanjang se-Jawa. Umumnya Max ga pernah rewel, teman-teman baru yang mendaki bersama biasanya seneng banget dengan keceriaannya. Hanya saja kalau berhenti trekking untuk beristirahat, Max ga betah di dalam gendongan dan memaksa turun. Ini artinya yang gendong ga boleh istirahat. Bahkan saat kita kepepet harus trekking sampai malam hari, dia bisa lebih diam dari siang walaupun ga tidur.
Kesabarannya cukup besar untuk kondisi urgent. dan juga sekarang dia semakin kuat terhadap dingin. Aku juga termasuk orang yang detail dalam mempersiapkan manajemen perjalanan, yang sudah pernah mendaki bareng pasti hapal karena bawaanku sudah seperti kantong Doraemon. Segala macam barang, emergency kit, juga ada. Jadi semua kondisi bisa diantisipasi.
Pengalaman paling berkesan bersama Max dalam perjalanan?
Semua pengalaman berkesan, ga ada yg ga berkesan. Tertuang di Instagram ya, moga-moga kalau sempat bisa jadi buku. Awalnya gelisah, walaupun aku menilai sejak awal Max sangat menyukai perjalanan-perjalanan kami. Tapi aku ga menyangka, semakin besar dia semakin semangat. Tadinya pengen udahan karena kalau makin berat, sudah ga mungkin digendong juga. Tapi ya sekarang lihat kondisi aja.
Respon orang-orang gimana, Mba? Kayaknya pendaki rebutan main sama Max nih di tempat camp. Hehe. Atau pernah ada yang ‘mencibir’ karena mendaki bawa anak kecil?
Hehehehe… Iya untuk ‘gunung-gunung sejuta umat’ pasti Max jadi rebutan. Seperti waktu di Semeru dan Dieng. Makanya aku lebih prefer gunung yang sepi atau waktu yang ga peak season. Lebih nyaman juga karena sebenernya Max ga suka dicubit-cubit gemes. Tapi kejadian kemarin turun gunung di Bremi ternyata ketemu mbak-mbak yg ternyata follower Instagram, jadi histeris mereka. Hehe…
Kalau mencibir, dulu sudah pernah dialami semua. Tapi sekarang sudah 15 kali, mereka mau bilang apa sih? Terserah lah, yang penting anakku bahagia. Karena setiap hari aku bisa bekerja non-stop, jadi waktu untuk Max bermain bersama ibunya sangat kurang. Di gunung inilah aku baru bisa full time mengawasi dia dengan detail.
Mungkin banyak orangtua yang penasaran, apa sih harapan Mba Nyomie membiasakan anak berinteraksi dengan alam sejak kecil? Ada saran atau nilai yang mau dibagikan?
Awalnya aku cuma ingin dia bisa menghirup udara segar karena kita hidup di perkotaan. Tapi saat dia mulai terbiasa menghadapi saat-saat sulit ketika mendaki dan bisa beradaptasi dengan baik, aku baru mulai merasa dia benar-benar anak yang hebat. Sudah lama sebenernya aku ga mendaki, sampai akhirnya dia lahir. Ga pernah berpikir untuk mendaki lagi karena mendaki gunung itu melelahkan. Padahal banyak pengembangan mental yang berawal dari sana.
“Walaupun sampai usia 3 tahun dia belum bicara, tapi kedewasaan dan ketabahannya jauh di atas rata-rata anak seusianya. Itu hanya bisa kulihat di lapangan, tidak di rumah, tidak di sekolah, ketika dia bisa bermanja-manja dengan semua orang di dekatnya. Jadi pendakian terakhir inilah yang paling bikin aku terharu”.
-Nyoman Sakyarsih
Nilai tentu saja ga hanya sebatas menghargai keindahan alam, tidak buang sampah sembarangan, karena ironisnya untuk menjaga alam sebenernya mudah dengan tidak mendaki karena pendaki itu yang selalu bikin banyak sampah. Aku ingin dia punya kenangan yang hebat, menghargai apa yang ada, menghargai apa yang dia miliki, menghargai orang lain dan semua yang ada di sekelilingnya.
Oh ya tambahan, tentu saja dengan kesulitan hidup kita yang bagaimana pun tetap lebih sulit hidup di gunung. Jadi aku juga berharap, Max bisa melalui sesulit apapun perjalanan ke depan, seperti yang sudah selalu kita lalui
Semua foto diambil dari Instagram @nyomiez.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar