Selasa, 01 November 2016

Simpai Penghuni Hutan Lindung Bukit Daun

Deforestasi kawasan hutan Lindung Bukit Daun di Kabupaten Bengkulu Tengah, akibat perambahan hutan untuk perkebunan kopi mempengaruhi habitat Simpai yang merupakan primata pemakan daun dan buah-buahan. Secara langsung berpengaruh pada penyebaran benih sehingga mempengaruhi kelangsungan hidup hutan yang berdampak pada penurunan drastis dalam penyimpanan karbon alami Bumi.
(foto : Simpai (Presbytis m. melalophos) penghuni Hutan Lindung Bukit Daun sedang memakan biji) International Primate Protection LeagueAmerican Primate Conservancy
Simpai (Presbytis m. melalophos) penghuni Hutan Lindung Bukit Daun sedang memakan biji. Deforestasi kawasan hutan Lindung Bukit Daun di Kabupaten…
RMOLBENGKULU.COM

Selasa, 04 Oktober 2016

Peta Topografi Gunung Api Bukit Kaba Bengkulu


Gunung Kaba atau lebih dikenal dengan Bukit Kaba. Gunung ini terletak di Desa Sumber Urip Kecamatan Selupuh Rejang Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu. Provinsi Bengkulu. Kota terdekat gunung ini adalah Kota Curup.  Bukit Kaba mempunyai ketinggian sekitar 1.950 Mdpl.

Gunung Kaba, yang memiliki 8 kawah di puncak. Secara geografis terletak pada 3˚31’0” Lintang Selatan, dan 102˚37’0” Bujur Timur,

Gunung ini bertipe strato dengan ketinggian 1952 m dpl. Pos pengamatan gunung api ini terletak di Gunung Kaba, Desa Sumber Urip, Kec. Sambirejo, Kab.Rejanglebong, Bengkulu, pada koordinat 3˚28’41,70” LS dan 102˚38’41,90”BT dengan ketinggian 1182 m dpl.


Dibawah ini ada beberapa Peta 3d beberapa gunung di indonesia sudah ada di dalamnya waypoint dan track log nya, barang kali bisa dijadikan bekal adventure mountainers semua,

click Source cetak Print A3
Peta Topografi Gunung Api Bukit Kaba Bengkulu

Jenis peta topografi gunung lainnya buka Lentera Merah

Sabtu, 24 September 2016

Mantra-Mantra Dari Balik lembah Belantara Rimba, Sebuah Kekuatan Bagi Para Pendaki.

Mantra-Mantra dari lembah-lembah, Sebuah Kekuatan Bagi Para Pendaki.

Aku masih ingat, saat masih sekolah dulu, tepatnya saat masih duduk di bangku SMP, Seorang Kyai bertanya padaku, "apakah kesukaanmu (Hobby) Mendaki gunung nak ?" "Enggih Mas yai", jawabku singkat. Seorang ustad muda yang baru saja lulus dari gontor tersebut tetap saja aku harus memanggilnya kyai, walaupun muda, namanya anak kyai tetap harus di panggil kyai, dan untuk beberapa tahun lama beliau menjadi guru ngaji keluarga kami.

Itulah awal perkenalan kami, dan saya memulai berguru dengan beliau, banyak hal yang beliau ajarkan, tentang mengenal Gusti allah sejatinya, bahkan dalam mengaji beliau tak mengajurkan untuk mengqatamkan alquran, " kamu pahami arti dan makna dari kitab itu, satu-persatu kau baca arabnya dan bacalah tafsir terjemahannya, agar kau paham isinya bukan sekedar membaca huruf arab" itulah pesan beliau .

sebuah rapalan matra beliau berikan untuk di amalkan disaat kau mulai perjalanan, pendakianmu, atau pengelanaamu, agar kau di lindungi gusti allah, bacalah di mulai dengan al-fatihah dan bacalah  ini 


أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ

A'udzu Bikalimaatillaahit Taammaati min Syarri Maa Khalaq  (HR. Muslim)
(HR. Muslim)

"Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk yang diciptakan-Nya.

Siapa yang membaca doa ini dengan benar, maka ia akan terlindungi dari berbagai gangguan, keburukan, dan kejahatan (seperti sakit atau pengaruh buruk) yang ditimbulkan oleh makhluk yang memiliki keburukan dan potensi jahat, seperti jin, manusia, dan selainnya, baik yang nampak atau tersembunyi sehingga ia meninggalkan termpat tersebut. Seperti sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, "Maka tak ada sesuatupun yang membahayakannya sehingga ia beranjak dari tempatnya tersebut."


Buat saya doa itu adalah penuntun dalam perjalanan, pernah kami tersesat, atau pernah saya merasakan dinginnya badai yang menerpa tubuh kami di antara onak duri yang entah saat itu kami berada dimana,

Seorang senior menegurku, "boy ngapain komat kamit kelak ke sapo", aku tetap membaca doa-doa tersebut dalam hati sambil cengegesan. hehhehehe. Alhamdulillah hujan berhenti dan kami bisa menemukan camp.

Pernah juga di saat kaki kami sudah luka-luka, bahan logistik tinggal 1x makan, dan perjalanan balik masih 4  karvak lagi, yang di logikan gak masuk akal, dalam 3 jam bisa menembus hingga menemukan pondok-pondok perambah. Semuanya terlindungi atas doa-doa yang di mohonkan untuk perlindungan kami, Alhamdulillah semua di IJABAH.

Jika seseorang melakukan sebab syar'i (doa ini) yang diajarkan Nabi, lalu tidak didapatkan manfaatnya, maka itu bukan karena doanya yang ada cacat, salah atau tidak benar. Tetapi karena adanya mawani' (penghalang) dari dikabulkannya doa tersebut. - BUKAN karena doanya tidak mujarab, Maka hendaknya  introspeksi diri dan mencari tahu apa yang menghalangi dari terkabulnya doa perlindungan yang dibacanya tersebut. Mungkin, karena makanan yang tidak halal, banyaknya kemaksiatan yang dikerjakan, atau mungkin masih ada durhaka kepada orang tua. Wallahu Ta'ala A'lam

Lalu bagaimana jika saya pendosa ? gusti allah mboten sare dan maha tahu, asal bersungguh-sungguh dalam pemohonan pertolongan kepadaNYa.

"Tuhan, selama ini aku jarang berdoa padamu, tapi aku janji kalau Kamu menolongku, aku akan rajin menyembahmu" dan segeralah mengambil wudhu lakukan pertobatan.

Doa-doa yang dipanjatkan adalah mantera kekuatan dan perlindungan bagi para kita para pendaki," gunung adalah tempat suci, di mana gusti allah Menampakan Diri kepada Nabi Musa, dalam sebuah ayat di sebutkan "Gunung menjadi tempat Allah SWT memperlihatkan kebesarannya dan menyadarkan Nabi Musa AS untuk bertaubat. Ini dijelaskan dalam surat (QS: Al-A'raf Ayat: 143)

“Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman". (QS: Al-A'raf Ayat: 143)

Allah SWT begitu mengingatkan begitu pentingnya gunung bagi kehidupan umat manusia. Bahkan Allah menyebutkan gunung dalam Al-Qur’an. Semua ciptaan itu ada tujuannya agar manusia sujud pada penyembahan yang sebenarnya.  Semoga informasi ini menginspirasi dan terimakash sudah membaca.

DOA SEORANG PENDAKI, by sahabat pendaki #Emilwe


Tuhan,
kali ini aku mendaki gunung yang sedemikian tinggi.
aku tahu,
aku membawa beban yang berat.

aku tahu,
aku membawa tanya yang sedemikian sarat.

tapi dengan namaMu,
setapak demi setapak ikhlas aku jalankan.

tapi dengan rahmatMu,
kasar dan jalang, ikhlas aku tempakan.

aku tahu mungkin menemui angin dingin,
ganas badai -jurang -atau juga jalan yang licin.

beri aku ketabahan -beri aku kekuatan -beri aku jalan,

hingga suatu ketika :
ijinkan aku menjejakkan kaki disana,
di puncak tertinggi.

melihat cahaya merah matahari terbit,
duduk ta’zim dalam genggaman -diriMu
yang menganugerahkan kepuasan dan ketakjuban,
sampai sedemikian dalam.

Amin.

Source Lentera Merah

Kamis, 18 Agustus 2016

Kamis, 18/08/2016 - 09:22 WIB
Berita Utama / Curup Ekspress | koni - Bengkulu Ekspress

Merah Putih Raksasa Berkibar Di Bukit Kaba


Bendera raksasa yang dikibarkan para pendaki di puncak Bukit Kaba dalam rangka memperingati HUT Kemerdekaan RI ke-71
CURUP, BE– Puncak Gunung Api Kaba atau yang lebih dikenal dengan Bukit Kaba kembali menjadi lokasi pengibaran bendera bagi para pendaki tak terkecuali pada HUT RI ke-71 kemarin. Bahkan tak tanggung-tanggung bendera raksasa dengan ukuran 17 X 8 meter dikibarkan para pendaki diketinggian 1.938 meter dari permukaan laut (mdpl).
Pengibaran bendera merah putih di puncak tertinggi Kabupaten Rejang Lebong tersebut dilaksanakan di lapangan Bukit Gajah atau yang sering disebut para pendaki dengan kawasan Padang Masyar. Sebelum pengibaran bendera raksasa diawali terlebih dahulu dengan upacara dikawasan Bukit Gajah yang dimulai sekitar pukul 08.00 WIB.
Setelah selesai upacara kemudian dilanjutkan dengan pengibaran bendera raksasa dengan cara, bendera tersebut dibawa sejumlah pendaki menuju Bukit Gajah. Setelah tiba dipuncak Bukit Gajah yang masih dalam kawasan Puncak Gunung Kaba, para pendaki langsung membentangkan bendera yang ukurannya menyamai luas lapangan futsal tersebut dengan diiringi lagu indonesia raya oleh semua pendaki yang hadir dalam kesempatan tersebut.
Terkait dengan pelaksanaan upacara di puncak Gunung Kaba, menurut salah satu panitia Rio, tema yang digunakan panitia dalam peringatan 17 Agustus tahun 2016 ini masih berkutik dengan masalah kebersihan di puncak bukit kaba. Karena menurutnya saat ini yang masih menjadi masalah besar diatas puncak bukit kaba adalah masalah sampah dari para pendaki sendiri.
“Saat ini animo para pendaki untuk mendaki bukit kaba ini sangat tinggi, namun hal tersebut menimbulkan masalah baru karena kesadaran pada pendaki terhadap sampah yang mereka bawa sendiri masih sangat rendah,” jelas Rio.
Oleh karena itu, Rio bersama panitia lainnya berharap agar para pendaki bisa menjaga kebersihan Bukit Kaba. Dimana salah satu langkah nyata yang bisa diwujudkan para pendaki untuk menjaga kebersihan yaitu minimla dengan membawa sampah mereka sendiri.
“Menjaga kebersihan gunung ini adalah tanggung jawab kita bersama. bila kita masih ingin menikmati keindahan gunung ini tentunya kita harus bisa menjaga kebersihannya,” ujar Rio.
Dalam kesempatan tersebut, Rio juga menjelaskan, untuk panitia upacara HUT RI di puncak Bukit Kaba tahun ini menjadi tanggungjawab para pendaki dari Kabupaten Rejang Lebong. Menurutnya panitia ini agar bergantia setiap tahunnya, dimana untuk tahun depan panitia kegiatan akan dipercayakan kepada para pendaki dari Kabupaten Kepahiang dan akan terus berganti setiap tahunnya.
Menurut Rio dengan bergantiannya panitia dalam peringatan HUT RI di puncak Bukit Kaba ini, diharapkan para pendaki Bukit Kaba bisa menjaga kekompakan dan tali silaturahmi serta memiliki rasa kebersamaan untuk menjaga kelestarian Bukit Kaba.
Disisi lain, untuk jumlah para pendaki pada HUT RI ke-71 ini diprediksi mencapai 3 ribu pendaki baik dari Provinsi Bengkulu maupun luar Provinsi Bengkulu. Menurut Pendi salah satu penjaga pos pendakian Bukit Kaba, para pendaki sudah mulai mendaki sejak tanggal 15 Agustus.
“Ini sudah menjadi rutinitas setiap tahunnya, dimana setiap tanggal 17 Agustus selalu dipenuhi oleh para pendaki yang ingin mengikuti upacara di puncak,” singkat Pendi.(251)

Selasa, 21 Juni 2016

Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Api Gunung Kaba

Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Api Gunung Kaba

Sumber :Vulkanologi Indonesia

Peta Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi Bengkulu

sumber Vulkanologi Indonesia

Senin, 16 Mei 2016

Menguji Adrenalin di Jeram Sungai Ulu Manna

KOMPAS.com/FIRMANSYAH Peserta menjajal arung jeram di Sungai Ulu Manna, Bengkulu Selatan, Senin (16/5/2016).


BENGKULU, KOMPAS.com - Matahari sudah bergerak menuju ketinggian waktu, enam perahu karet dan puluhan dayung, pelampung, helm, dibagikan kepada puluhan tamu undangan dan pengurus Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) Provinsi Bengkulu, Senin (16/5/2016).
Hari itu merupakan pelantikan pengurus FAJI Bengkulu masa bakti 2015 hingga 2019. Merupakan tawaran yang menantang dan rugi untuk ditolak saat KompasTravel diminta menjajal olahraga arung jeram di arus deras Sungai Ulu Manna, Desa Air Tenam, Kabupaten Bengkulu Selatan.
Prosesi pelantikan pengurus FAJI berlangsung tak lama namun berjalan khidmat di sebuah desa kecil, perbatasan Provinsi Bengkulu dengan Sumatera Selatan.
Suasana khas alam kuat terasa saat puluhan peserta arung jeram menuju sungai untuk memulai mengarungi Sungai Ulu Manna, panjang jalur ditempuh 10 kilometer. Bunyi deru arus terkesan ramah siang itu.
Sungai dengan lebar sekitar 20 hingga 25 meter tampak diapit belantara, dengan pohon berdiri cukup perkasa. Agak bergidik saat KompasTravel menempati satu perahu karet yang disediakan panitia.
Seorang instruktur dari komunitas jeram "Arus Sakti" mencoba menenangkan, menjelaskan bahwa prosedur keselamatan, terpenuhi, serta menyarankan menikmati pengarungan perdana itu. Helm sudah terpasang, pelampung cukup ketat memeluk tubuh, dan satu dayung kupegang.
KOMPAS.com/FIRMANSYAH Bupati Bengkulu Selatan, Dirwan Mahmud, didampingi Ketua FAJI Bengkulu, Patriana Sosialinda, sebelum mengarungi Sungai Ulu Manna, Senin (16/5/2016).
Cukup riuh suasana saat beberapa peserta lain menaiki perahu karet masing-masing. Pengarungan dimulai sekitar pukul 11.00 WIB. Adrenalin mulai terpacu saat perahu karet yang ditumpangi mulai mengarah pada satu jeram berukuran sedang. Kode-kode dari skipper atau river guide harus diperhatikan, kapan saat mendayung, dan kapan saat menghentikan dayung. Hempasan pertama, perahu karet berisikan lima pengarung terhempas masuk dan berputar di jeram tersebut. Teriakan takut dari peserta terdengar di telinga, air mulai membasahi tubuh dan menampar wajah.
Belum lepas kepanikan pada hempasan di jeram pertama, jeram kedua telah menunggu, kali ini berukuran lebih besar, perahu karet yang kami tumpangi terasa melipat, dua pendayung di depan terpental ke belakang, beruntung sigap, dan berpegangan pada tali di perahu karet.
Dua jeram mengerikan pada pengarungan perdana mampu dilalui, mencoba membuang kepanikan, suguhan pemandangan alam di sisi sungai, dan beberapa air terjun kecil cukup menjadi obat mujarab, seekor elang tampak terbang di atas para pengarung menambah kesan liar olahraga itu.
Aroma ketakutan pada olahraga alam bebas itu mendadak sirna, tak ada lagi teriakan ketakutan saat mengarungi jeram-jeram yang lebih menakutkan lainnya, beberapa peserta mulai beradaptasi dan mengeluarkan teriakan penuh optimisme.
Memasuki kelokan sungai, perahu yang kami tumpangi masuk pada cekungan sungai dengan sulur-sulur pohon menghadang, sementara jeram tampak dalam dan berputar. Hempasan cukup keras dan membanting perahu kami. Dua pendayung pada bagian depan terhempas ke luar perahu.
KOMPAS.com/FIRMANSYAH Pengurus FAJI Bengkulu dan FAJI pusat berpose usai mengarungi jeram Sungai Ulu Manna, Bengkulu, Senin (16/5/2016).
Drama penyelamatan berlangsung dalam hitungan menit, dua pendayung dapat kembali dinaikkan ke atas perahu karet. Beberapa perahu juga tampak terlihat terbalik. Enam pengarung tampak bergelantungan di perahu karet. Berkat kesigapan dan ketangkasan, perahu berhasil dibalikkan dan para pengarung dapat kembali menaiki perahu karet.
Pukul 14.30 WIB, pengarungan mencapai titik finish dengan lintasan sepanjang 10 kilometer. Tak ada satu pun peserta mengalami cedera.
Sebelumnya dalam pelantikan, Ketua Harian Pengurus Besar FAJI, Amalia Yunita menyebutkan, olahraga arung jeram Indonesia telah menorehkan banyak prestasi di nasional bahkan internasional.
Terdapat tiga elemen yang dilakukan FAJI. Pertama olahraga dan prestasi, kedua wisata dan ketiga konservasi.
Amalia juga mengucapkan selamat kepada Ketua FAJI Provinsi Bengkulu, Patriana Sosialinda yang baru saja dilantik. Patriana adalah Wakil Wali Kota Bengkulu. "Ini pertama kalinya Ketua FAJI daerah yang perempuan," ujar Amalia disambut tepuk tangan peserta pelantikan.
Sementara itu Bupati Bengkulu Selatan, Dirwan Mahmud, dalam pelantikan tersebut mengungkapkan kegembiraannya dipilihnya Sungai Ulu Manna, sebagai tempat pelantikan FAJI Bengkulu.
"Kami akan ikut membantu perkembangan olahraga arung jeram di daerah ini, bahkan dalam bentuk anggaran secepatnya, karena ini berpotensi menjadi pendapatan daerah," demikian Dirwan Mahmud.
KOMPAS.com/FIRMANSYAH Ketua Harian PB Faji, Amalia Yunita, melantik Ketua FAJI Bengkulu, Patriana Sosialinda, Senin (16/5/2016).
Cukup gampang menuju lokasi jeram Sungai Ulu Manna, dari Kota Bengkulu perjalanan dapat ditempuh menggunakan moda darat dengan perjalanan sekitar empat jam menuju ibu kota Kabupaten Bengkulu Selatan, Manna. Dari Kota Manna perjalanan darat dapat ditempuh sekitar 1 jam menuju Desa Air Tenam, Kecamatan Ulu Manna, Kabupaten Bengkulu Selatan.
Ada banyak fasilitas hotel, restoran untuk mencicipi kuliner. Bahkan rumah penduduk juga dapat dijadikan semacam peristirahatan jika anda berminat menjajal jeram di Sungai Ulu Manna dengan grade dua hingga tiga pada olahraga arung jeram.
Penulis : Kontributor Bengkulu, Firmansyah
Editor : I Made Asdhiana

Sabtu, 13 Februari 2016

Mencintai tidak harus memiliki.


‪#‎efekGalau‬ gak ada rencana ‪#‎valentine‬

Sepertinya kisah kisah percintaan banyak yang gagal paham dalam memaknai.
Banyak kisah cinta yang dipaksakan berujung pada kematian, tentu ini menyakitkan, jika rasa cinta yang di ungkapkan atas nama kasih sayang ternyata menjadi salah persepsi. Tentu ini bukan karena janur kuning sudah melengkung, atau cincin emas sudah terikat pada jari manis, bukan itu masalah cinta tidak harus memiliki.

Dan keyakinan ini pasti disetujui oleh para aktivis, para ulama berbagai macam agama dan pastinya para profesor.

Kecintaan pada satwa liar yang menjadi salah kaprah dan salah persepsi hingga akhirnya memiliki secara paksa, yang menjadikan satwa pengemis, atau tersiksa dalam kurungan karena sang pemilik gagal paham dalam konsep cinta dan kasih.
"Banyak orang salah kaprah, mengaku sayang akhirnya memelihara satwa liar. Rasa sayang tidak harus dengan memiliki," .

Masyarakat sebenarnya menjadi elemen penting dalam mencegah perdagangan satwa liar, baik yang dilindungi maupun yang tidak dilindungi.

Jika menemukan satwa yang diperjual belikan maka langkah yang bisa diambil adalah dengan tidak membeli satwa tersebut.

"Peran masyarakat umum besar sekali, mereka yang sudah mengerti, tidak membeli satwa liar apalagi yang dilindungi," masyarakat yang sudah tahu diharapkan mengedukasi masyarakat yang belum tahu. Permasalahan muncul, karena belum semua tahu tentang adanya aturan yang melarang penangkapan dan penjualan satwa liar.

Mencintai satwa itu sangat penting, mengapa penting karena kalau kita memelihara satwa maka kita harus juga mempertimbangkan berbagai macam hal, salah satunya adalah bagaimana tingkat kesejahteraan mereka, kelayakan hidup mereka, dan di bawah ini ada hal yang wajib di pertimbangkan dan menjadi catatan bagi masyarakat yang mengaku sebagai penyayang satwa.

Lima hak kebebasan hewan dapat diuraikan sebagai berikut :
1.BEBAS DARI RASA LAPAR DAN HAUS Tersedianya air minum dan makan yang layak, higienis dan memenuhi gizi serta sesuai dengan musim. Pemberian makanan yang tepat dan proporsional.
2.BEBAS DARI RASA PANAS DAN TIDAK NYAMANAdanya tempat berteduh, area untuk istirahat dan fasilitas yang sesuai dengan perilaku satwa.
3.BEBAS DARI LUKA, PENYAKIT DAN SAKITPengobatan dan pencegahan penyakit, diagnosa yang cepat dan tepat serta lingkungan yang higienis sehingga kuman patogen (bahaya) dapat dicegah dan dikontrol.
4.BEBAS MENGEKSPRESIKAN PERILAKU NORMALDAN ALAMI Tersedianya ruang tempat tinggal yang memadai, fasilitas kandang yang sesuai dengan tingkah laku (behavior) satwa dan adanya teman untuk berinteraksi sosial.
5.BEBAS DARI RASA TAKUT DAN PENDERITAAN Tidak ada konflik (pertengkaran) antar atau lain species, tidak adanya gangguan dari hewan pemangsa (predator).

“Tiada makhluk yang merayap di bumi, tiada burung yang terbang dengan sayap-sayapnya, melainkan mereka adalah umat-umat yang serupa dengan kamu. Kami tidak mengalpakan sesuatu di dalam Alquran, kemudian kepada Pemelihara mereka, mereka akan dikumpulkan.” (Surah 6:38).
Konsep kasih sayang pada satwa dalam ajaran islam.

Perintah bagi umat muslim tercantum Nabi saw., mengajarkan bahwa sikap dan tindakan kita terhadap binatang akan-di antaranya-menentukan nasib kita di akhirat.

Dalam Al Quran memuat berbagai ayat tentang pentingnya pelestarian satwa (hewan) dan menjaga keseimbangan ekosistem di bumi. Ayat-ayat yang memuat firman Allah SWT tersebut menegaskan peran penting manusia, sebagai khalifah di bumi, untuk turut serta menyelamatkan dan melestarikan satwa-satwa (termasuk satwa langka) agar tidak punah.

Dalam beberapa ayat tersebut, jelas menunjukkan pentingnya melakukan perlindungan dan pelestarian terhadap hewan, baik hewan peliharaan ataupun hewan liar (satwa liar). Pun dalam menjaga keseimbangan ekosistem di bumi.

Dalam al-Qur'an menyuruh setiap Muslim untuk memperlakukan hewan dengan rasa belas kasihan dan tidak menganiaya mereka. Hewan beserta makhluk lain dipercaya senantiasa memuji Tuhan, walau pujian ini tidak dinyatakan sebagaimana yang manusia perbuat.(lihat Qur'an 17:44).

Dalam al-Qur'an secara khusus mengizinkan daging hewan untuk dimakan (lihat Qur'an 5:1). Walaupun sebagian para Sufi mengamalkan vegetarianisme, hingga kini, tidak ada pembicaraan serius mengenai kemungkinan tafsiran vegetarianisme. Hewan boleh dimakan dengan syarat ia disembelih sesuai syariat yang telah ditetapkan. Pengecualiannya adalah babi, bangkai, dan hewan yang tidak disembelih atas nama Allah.
Islam menganggap hewan sebagai makhluk yang harus dihargai. Karenanya, Islam menetapkan etika manusia terhadap hewan yaitu :

Memberinya makan-minum, jika hewan-hewan tersebut lapar dan haus, karena dalil-dalil berikut: Sabda Rasulullah: Terhadap yang mempunyai hati yang basah terdapat pahala, (Diriwayatkan Ahmad dan Ibnu Majah). Siapa tidak menyayangi, ia tidak akan disayangi, (Muttafaq Alaih).

Sayangilah siapa saja yang ada di bumi, niscaya kalian disayangi siapa saja yang ada di langit (Diriwayatkan Ath-Thabrani dan Al Hakim).

Menyayanginya, dan berbelas kasih kepadanya, Ketika Rasulullah melihat orang-orang menjadikan burung sebagai sasaran anak panah, dia bersabda: Allah melaknat siapa saja yang menjadikan sesuatu yang bernyawa sebagai sasaran, (Diriwayatkan Abu Daud dengan sanad shahih).

Rasulullah melarang menahan hewan untuk dibunuh dengan sabdanya: Barangsiapa yang menyakiti ini (burung) dengan anaknya; kembalikan anaknya padanya, (Diriwayatkan Muslim). Rasulullah bersabda seperti itu, karena melihat burung terbang mencari anak-anaknya yang diambil salah seorang sahabat dari sarangnya.

Jika ia ingin menyembelihnya, atau membunuhnya, maka ia melakukannya dengan baik, karena Rasulullah bersabda: Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat baik kepada segala hal. Oleh karena itu, jika kalian membunuh, maka bunuhlah dengan baik. Jika kalian menyembelih, maka sembelihlah dengan baik. Hendaklah salah seorang dan kalian menenangkan hewan yang akan disembelihnya, dan menajamkan pisaunya, (Diriwayatkan Muslim, At Tirmidzi, An-Nasai, Abu Daud, dan Ahmad).

Tidak menyiksanya dengan cara-cara penyiksaan apapun baik dengan melaparkannya, atau meletakkan padanya muatan yang tidak mampu ia angkut, atau membakarnya dengan api, karena dalil-dalil berikut: Rasulullah saw. bersabda, Seorang wanita masuk neraka karena kucing. Ia menahannya hingga mati. Ia masuk neraka karenanya, karena ia tidak memberinya makan sebab ia menahannya, dan tidak membiarkannya makan serangga-serangga tanah, (Diriwayatkan Al-Bukhari).

Rasulullah berjalan melewati rumah semut yang terbakar, kemudian dia bersabda, Sesungguhnya siapa pun tidak pantas menyiksa dengan api, kecuali pemilik api itu sendiri (Allah), (Diriwayatkan Abu Daud. Hadits ini Shahih).

Dalam Kitab Suci Alquran banyak ayat-ayat yang mengacu pada kesucian hidup hewan dan hak-hak hewan yang sederajat untuk hidup dalam damai, mencari Tuhan, dan berkembang menuju kesadaran Tuhan, serta serupa dengan manusia di bumi ini.

“Tidakkah kamu melihat bagaimana segala yang di langit dan di bumi menyanjung Allah, dan burung-burung mengembangkan sayap-sayap mereka? Masing-masing – Dia mengetahui solatnya, dan sanjungannya, dan Allah mengetahui apa yang mereka buat. (Surah 24:41)

Kitab Suci Alquran sama sekali tidak menganjurkan agar kita menjadi pencabut nyawa mereka:
“…Begitulah Kami menundukkan mereka untuk kamu, supaya kamu berterima kasih.” (Surah 22:36)
“Dia yang melantik kamu khalifah-khalifah (pengganti-pengganti) di bumi.” (Surah 35:39)
Alquran menekankan bahwa hewan dan manusia memiliki hak yang sama terhadap kekayaan bumi , juga mengatakan bahwa di mata Tuhan, mereka sama dengan manusia, dan Tuhan berkomunikasi dengan mereka dengan cara yang sama persis dengan manusia(Surah 25:48-49, 32:27, 79:31-33)

Dosakah kamu memelihara satwa atas nama sayang? Padahal mereka (satwa) bertasbih pada sang pencipta drngan cara sendiri-sendiri yaiti menjalankan fungsi ekologis di alam.
Masih mau pelihara satwa liar ?
Biarkan mereka hidup bebas di habitat alaminya.

Minggu, 31 Januari 2016

William saddened by death of British pilot shot by elephant poachers in Tanzania

Roger Gower, 37, managed to land his stricken helicopter safely, saving the life of a South African colleague, before succumbing to gunshot fired by poaching gang from high-powered rifle


Hero Edgbaston pilot Roger Gower saved helicopter passenger's life


The Duke of Cambridge has said he is “very saddened” by the death of a British helicopter pilot shot dead by elephant poachers in Tanzania, as it emerged the mortally wounded flyer saved his colleague’s life by fighting to land safely before dying.
Roger Gower, 37, was flying at low-level during an anti-poaching mission searching for gunmen who had killed three elephants when they broke cover and shot at him from the ground with a high-calibre rifle.
A bullet is understood to have passed up through the floor of the aluminium and fibre-glass helicopter, hitting Mr Gower first in the leg then in the shoulder before exiting through the roof.
Despite being mortally injured, he brought the damaged helicopter down into a tree before it hit land, preventing it from exploding and saving his South African colleague, Nicky Bester. Mr Bester was able to jump to safety as the aircraft came to land and hid from the poachers in a thicket.
The Duke, who was campaigned against the poaching trade in Africa, said he did not personally know Mr Gower, but paid tribute to the pilot.
The site of the wreckage in the Maswa Wildlife Reserve
A statement from Kensington Palace said: “He was very saddened to hear of yet more lives lost due to poaching.”
Photographs showed the stricken aircraft lying in the savannah grass on its side, bullet holes clearly visible in its chassis and its seats spattered with blood.
Tanzanian police arrested three men, Jumanne Maghembe, Tanzania's natural resources and tourism minister, said. “This is a tragic, very sad and extremely unfortunate event,” he told The Telegraph.
"The suspects are in the hands of police," he said. "They are cooperating, and soon more people making up the poaching gang will be netted and brought to justice."
Friends and family paid tribute to the former accountant from Birmingham who retrained as a pilot and moved to east Africa eight years ago to fly touristic safaris and, latterly, anti-poaching operations with the Friedkin Conservation Fund (FCS).
Andy Payne, Mr Gower’s colleague and housemate, described him as a “respected and professional pilot” who was becoming increasingly invested in working to stop the “wanton killing” of Tanzania’s elephants.
Pratik Patel, another contemporary of the FCS, said he had been "a great guy, a great friend, a great pilot".
Despite being mortally injured, Mr Gower  brought the damaged helicopter down into a tree before it hit land saving his colleagueDespite his injures, Mr Gower brought the damaged helicopter down into a tree before it hit land saving his colleague
"Roger was an amazing person, an amazing character, full of joy, full of life,” he said. “He loved Africa, he loved Tanzania and he loved being in the bush."
Tanzania has lost two thirds of its elephant population in just four years up to 2014 as demand from Asia for their tusks for carved trinkets set an army of well-armed and resourced poachers into its game reserves and national parks.
Mr Gower and Mr Bester had been sent to track the poachers after reports came in about shots heard in the bush around 12 miles from their base, and two elephants having been killed.
As they hovered over a third elephant carcass they had discovered, the poachers broke cover.
“They must have very close to them because one of the poachers fired at Roger,” Mr Payne said.
“Roger was injured but thankfully he was flying low and slow and under the circumstances, he did a fantastic job of putting the helicopter down in a way that his colleague was able to walk away with minor injuries. It was a hard landing but he managed to roll it onto its side.”
Despite being mortally injured, Mr Gower  brought the damaged helicopter down into a tree before it hit land saving his colleagueThe downed helicopter belonging to Roger Gower
Mr Bester leapt out of the helicopter midair as it crashed and was injured, according to a spokesman from the Tanzania's National Parks, Pascal Shelutete.
"Three elephant carcasses that were found indicated that whoever shot the chopper down was on a serious illegal hunting spree," he said, adding such poachers can be "heavily armed with sophisticated military weaponry".
Although the aircraft grounded deep in the bush, Mr Bester had a satellite phone as well as a radio and GPS and was able to call for help. When it arrived, Mr Gower could not be saved but his colleague was taken to hospital.
Mr Payne said his late friend had always been safety-conscious. "He always erred on the side of caution, would pay attention to aviation accident reports and we would discuss them to ensure we would never fall into those traps," he said.
Mr Payne added that he, Mr Gower and Mr Bester shared a house near their base in Arusha. He said his friend was “obviously very shaken up but recovering well physically”.
“He has some non-life threatening injuries from the heavy landing but it could have been much worse,” he said. “He and Roger worked together a lot, all three of us have been friends from before Roger joined us last year but it was the first time we’d all worked together and it was great.”
Prof Maghembe praised Mr Gower’s actions in bring the helicopter safely to the ground. “They were lucky in the sense that the helicopter hit a tree before it hit the ground, so that reduced the impact and it did not explode as it might have,” he said.
He said that the new administration of John Magufuli, the president who has been hailed for his anti-corruption efforts, was determined to crack down on poaching, pointing to a series of arrests of crime syndicate kingpins in recent months.
“As long as there is a big market for ivory, they will give us trouble, but I am very hopeful that we will put a stop to this problem,” he said. “We are tracking down the kings and queens who run this business. I hope in two or three months we should be able to reduce these things to nearly zero.”
Mr Payne said Maswa, on the edge of the fabled Serengeti National Park, had been blighted by the same poaching epidemic that had hit other parks and reserves in Tanzania but that the efforts of the FCS and others were helping turn the corner.
Mr Gower flew primarily tourist safaris but had become increasingly passionate about anti-poaching operations, he said.
“The more you get involved, the more you are exposed to it, seeing the wanton killing, the more you want to be able to stop it in whatever way you can,” he said.
“We want Roger’s family and parents to know what he did in terms of making a difference to Tanzanian wildlife and knowing he had so much support behind him and that we will do all we can to find out who did this.”
Roger Gower, 37, was taking part in an anti-poaching operation with authorities in Tanzania Roger Gower was taking part in an anti-poaching operation with authorities in Tanzania
He said that in FCS’s seven years of tracking poachers - who are employed by criminal syndicates but are usually impoverished local villagers - there had rarely been violent confrontations.
“Rangers and game scouts on the ground confront them all the time and every year there’s a handful of people killed,” he said.
“It’s the first time one of our aircraft has come under fire and we have paid the most tragic price.”
Mr Gower’s parents, thought to be solicitors working in the Midlands, were due to arrive in Tanzania this weekend to meet his colleagues and find out more from police about what happened.
Meanwhile his friends and family posted tributes on social media using the hashtag #flyhighcaptainroger.
Jo South, Mr Gower’s cousin, wrote: “My amazing cousin, forever in our hearts. So very proud.”
http://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/africaandindianocean/tanzania/12132450/British-pilot-shot-by-elephant-poachers-in-Tanzania-saved-passenger.html

Sabtu, 30 Januari 2016

NYOMIE DAN MAX : Gadget apa mengenal alam ?


Menikah, Tak ada alasan buat gantung carrier anda ?

Ketika anak-anak berusia tiga tahun pada umumnya mulai sibuk mengenal gadget, Max tengah asyik bermain-main di jalur pendakian. Saya terpukau, sudah 15 puncak gunung dan bukit ia jejaki, termasuk Puncak Gunung Rinjani yang ia daki sebelum usianya genap dua tahun!
Saya berkenalan dengan ibu Max, seorang dokter hewan bernama Nyoman Sakyarsih. Saya menyapanya dengan nama Mba Nyomie. Pengikutnya di Instagram sudah mencapai 7.880 orang, dan saya adalah salah satunya. Melihat foto-foto yang diunggah @nyomiez di Instagram seperti membaca cerita perjalanannya bersama Max. Komentar yang ia terima di media sosial pun beraneka ragam. Dukungan dari para pengikutnya, tentu saja. Pernah pula ia menerima cibiran karena membawa anak balita dalam pendakian gunung. Apa pun itu, saya terkesan dengan segala hal yang sudah mereka lalui selama melakukan perjalanan-perjalanan.
Pekan lalu saya mencoba menghubungi Mba Nyomie. Pesan yang saya kirim melalui WhatsApp pun sempat menggantung selama dua hari. Tak dijawab. Ternyata, ia bersama Max baru usai mendaki Gunung Argopuro di Jawa Timur. Ah, saya semakin penasaran untuk berkenalan dengan mereka! Inilah hasil perbincangan kami.
Halo Mba Nyomie! Apa kabar? Apa kesibukan Mba Nyomie akhir-akhir ini?
Kesibukan, ya biasa bekerja sehari-hari, mengurus hewan sakit aja.
Baru turun gunung sama Max ya? Dari mana?
Iya, ini baru turun dari Argopuro tanggal 19 Januari 2016.
Ada rencana jalan lagi sama Max? Kapan dan ke mana?
Rencana yg diinginkan sih banyak tapi ya. Lihat situasi belum tau kapan bisa libur lagi. Tapi bulan depan, karena ada acara seminar di Bali, mungkin sekalian jalan.
Ketika kebanyakan orang tua lebih milih bawa anaknya main ke taman, mall, atau pantai, kenapa Mba Nyomie milih bawa Max ke gunung?
Sebenernya Max juga suka mall kalo ada playing ground-nya atau pantai karena banyak air di sana. Tapi aku sendiri ga begitu suka keramaian, jadi lebih was-was mengawasi anak kalau banyak orang. Kebetulan, Max suka banget diajak mendaki setelah (pendakian) yang pertama kali. Akhirnya berlanjut sampai sekarang. Refreshing bisa sekaligus buat ibu dan anak.
Kapan pertama kali Max naik gunung?
Usia lima bulan.
Lima bulan? Gunung pertama yang didaki Max?
Kalau usia 5 bulan gunungnya didaki Max digendong itu di Bromo, tapi kalau mulai trekking jalan sendiri ya di Rinjani usia satu tahun 11 bulan.
Udah berapa gunung yang didaki Max?
Sebenernya dulu ga bermaksud hitung gunung tinggi-tinggi, jadi kita hitung puncak-puncak, termasuk bukit-bukit kecil seperti di Dieng. ya kalau ditotal bisa 15 puncak.
Ribet ga sih bawa anak kecil naik gunung? Misalnya kebutuhan air untuk susu atau bersih-bersih? Belum lagi kalau Max rewel di perjalanan. Gimana cara menyiasati kebutuhan Max selama pendakian?
Ribet banget! Semakin besar usianya justru tantangan ribet di perjalanan semakin besar. Kalau dulu, bayi cuma tidur, minum susu, makan bubur, tidur lagi. Sekarang dia semakin merasa berhak trekking sendiri. Jadi orang yang menggendong juga semakin terbebani (dengan) kehebohannya loncat-loncat di gendongan. Padahal, banyak kondisi di mana dia ga mungkin jalan sendiri. Misalnya medan terlalu licin atau tanjakan dan turunan terjal. Sejak kecil ga ada masalah untuk kebutuhan air, dia mudah beradaptasi. Hal yang susah hanya makan, karena seperti banyak anak seumur dia, makan selalu pilih-pilih. Makanya aku kadang mempersiapkan menu sendiri untuk dia, dan beberapa alternatif kalau dia ga suka.
Itu kesulitan terbesar akhir-akhir ini selain urusan jalan. Apalagi kemarin ke Argopuro yang memang trek-nya terpanjang se-Jawa. Umumnya Max ga pernah rewel, teman-teman baru yang mendaki bersama biasanya seneng banget dengan keceriaannya. Hanya saja kalau berhenti trekking untuk beristirahat, Max ga betah di dalam gendongan dan memaksa turun. Ini artinya yang gendong ga boleh istirahat. Bahkan saat kita kepepet harus trekking sampai malam hari, dia bisa lebih diam dari siang walaupun ga tidur.
Kesabarannya cukup besar untuk kondisi urgent. dan juga sekarang dia semakin kuat terhadap dingin. Aku juga termasuk orang yang detail dalam mempersiapkan manajemen perjalanan, yang sudah pernah mendaki bareng pasti hapal karena bawaanku sudah seperti kantong Doraemon. Segala macam barang, emergency kit, juga ada. Jadi semua kondisi bisa diantisipasi.
Pengalaman paling berkesan bersama Max dalam perjalanan?
Semua pengalaman berkesan, ga ada yg ga berkesan. Tertuang di Instagram ya, moga-moga kalau sempat bisa jadi buku. Awalnya gelisah, walaupun aku menilai sejak awal Max sangat menyukai perjalanan-perjalanan kami. Tapi aku ga menyangka, semakin besar dia semakin semangat. Tadinya pengen udahan karena kalau makin berat, sudah ga mungkin digendong juga. Tapi ya sekarang lihat kondisi aja.
Respon orang-orang gimana, Mba? Kayaknya pendaki rebutan main sama Max nih di tempat camp. Hehe. Atau pernah ada yang ‘mencibir’ karena mendaki bawa anak kecil?
Hehehehe… Iya untuk ‘gunung-gunung sejuta umat’ pasti Max jadi rebutan. Seperti waktu di Semeru dan Dieng. Makanya aku lebih prefer gunung yang sepi atau waktu yang ga peak season. Lebih nyaman juga karena sebenernya Max ga suka dicubit-cubit gemes. Tapi kejadian kemarin turun gunung di Bremi ternyata ketemu mbak-mbak yg ternyata follower Instagram, jadi histeris mereka. Hehe…
Kalau mencibir, dulu sudah pernah dialami semua. Tapi sekarang sudah 15 kali, mereka mau bilang apa sih? Terserah lah, yang penting anakku bahagia. Karena setiap hari aku bisa bekerja non-stop, jadi waktu untuk Max bermain bersama ibunya sangat kurang. Di gunung inilah aku baru bisa full time mengawasi dia dengan detail.
Mungkin banyak orangtua yang penasaran, apa sih harapan Mba Nyomie membiasakan anak berinteraksi dengan alam sejak kecil? Ada saran atau nilai yang mau dibagikan?
Awalnya aku cuma ingin dia bisa menghirup udara segar karena kita hidup di perkotaan. Tapi saat dia mulai terbiasa menghadapi saat-saat sulit ketika mendaki dan bisa beradaptasi dengan baik, aku baru mulai merasa dia benar-benar anak yang hebat. Sudah lama sebenernya aku ga mendaki, sampai akhirnya dia lahir. Ga pernah berpikir untuk mendaki lagi karena mendaki gunung itu melelahkan. Padahal banyak pengembangan mental yang berawal dari sana.
“Walaupun sampai usia 3 tahun dia belum bicara, tapi kedewasaan dan ketabahannya jauh di atas rata-rata anak seusianya. Itu hanya bisa kulihat di lapangan, tidak di rumah, tidak di sekolah, ketika dia bisa bermanja-manja dengan semua orang di dekatnya. Jadi pendakian terakhir inilah yang paling bikin aku terharu”.
-Nyoman Sakyarsih
Nilai tentu saja ga hanya sebatas menghargai keindahan alam, tidak buang sampah sembarangan, karena ironisnya untuk menjaga alam sebenernya mudah dengan tidak mendaki karena pendaki itu yang selalu bikin banyak sampah. Aku ingin dia punya kenangan yang hebat, menghargai apa yang ada, menghargai apa yang dia miliki, menghargai orang lain dan semua yang ada di sekelilingnya.
Oh ya tambahan, tentu saja dengan kesulitan hidup kita yang bagaimana pun tetap lebih sulit hidup di gunung. Jadi aku juga berharap, Max bisa melalui sesulit apapun perjalanan ke depan, seperti yang sudah selalu kita lalui
Semua foto diambil dari Instagram @nyomiez.

Kamis, 28 Januari 2016

Perbatasan Bengkulu Sumsel Di Hutan Lindung Ini, 35 Rafflesia Mekar Sempurna

BENGKULU - Kawasan Hutan Lindung Raje Mendare, Gunung Patah, yang terletak di perbatasan Provinsi Bengkulu dengan Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), menjadi salah satu lokasi tumbuhnya habitat bunga terbesar di dunia, rafflesia, baik bunga rafflesia jenis arnoldii maupun rafflesia jenis bengkuluensis yang merupakan bunga rafflesia jenis baru.
Komunitas Pemuda Padang Guci Peduli Puspa Langka (KPPGPPL), Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu, mencatat, sepanjang 2014-2015, sebanyak 35 kuntum bunga rafflesia mekar sempurna di kawasan hutan itu
''Lokasi bunga rafflesia yang mekar terbilang cukup ekstrem sehingga mempunyai daya tarik tersendiri bagi peminat wisata alam. Itu karena rata-rata lokasi rafflesia mekar cukup jauh dari permukiman penduduk,'' kata Ketua Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Kabupaten Kaur, Nopri Anto, Kamis (28/1/2016).
Ia menjelaskan, bunga rafflesia arnoldii merupakan jenis rafflesia yang paling terkenal dan terbesar dari semua jenis yang ada di dunia. Bunga jenis itu memiliki diameter sekira 70-110 cm serta mempunyai warna oranye sampai oranye tua pada perigon.
Jenis rafflesia arnoldii ini, Nopri Anto mengemukakan, memiliki sebaran geografis yang paling luas, dengan sebaran terbanyak di Bengkulu.
''Kami menemukan site lokasi habitat rafflesia saat ekspedisi pendakian gunung patah tahun 2015,'' ucap pria yang juga salah satu anggota tim Ekspedisi Gunung Patah ini.
Sementara itu, rafflesia bengkuluensis merupakan jenis terbaru di Indonesia. Jenis ini terbilang langka sejak ditemukan dan dideskripsikan oleh Agus Susatya bersama dua rekannya dari Malaysia, Arianto, et Mat-Salleh di Desa Talang Tais, Kabupaten Kaur, tahun 2005.
Jenis ini, Nopri memaparkan, berukuran medium dengan diameter bunga antara 50-55 cm. Selain itu, helai perigon berwarna oranye tua atau merah batu bata.
''Rafflesia bengkuluensis mempunyai sebaran geografis terbatas, seperti di Talang Tais Kelam Tengah dan Padang Guci Hulu Kabupaten Kaur,'' kata Nopri.
Tidak hanya dua jenis bunga rafflesia yang bermekaran di kawasan Raje Mendare. Nopri mengatakan, di kawasan itu juga ditemukan habitat bunga Bangkai (amorphpophallus titanium) yang mengeluarkan bau busuk. Selain itu, ia menjelaskan, bunga bangkai ini tumbuh menjulang tinggi dengan ketinggian bisa mencapai sekira 4 meter serta berdiameter sekira 1,5 meter.
''Bunga bangkai ini termasuk tumbuhan dari suku talas-talasan (araceae). Bunga ini merupakan tumbuhan dengan bunga majemuk terbesar di dunia dan bunga ini juga ada di kawasan Hutan Lindung Gunung Patah,'' tutur Nopri.
Secara terpisah, anggota tim Ekspedisi Gunung Patah lainnya, R Tri Prayudhi mengungkapkan, saat ini tim Ekspedisi Gunung Patah tengah membuat peta dengan pemodelan spasial GIS, sebaran habitat rafflesia di kawasan Raje Mendare, khususnya di wilayah Padang Guci, Kabupaten Kaur.
''Kami berharap dengan adanya peta yang terus di-update, titik-titik mekarnya bunga rafflesia dapat menjadi sebuah informasi untuk pengembangan wisata di Bengkulu,'' ucap pria yang akrab disapa Jack ini.
Ia menambahkan, keragaman jenis tumbuhan dan satwa liar yang terdapat di kawasan Raje Mendare Gunung Patah membuat kawasan ini tidak beralih fungsi menjadi perkebunan.
''Jangan sampai sebutan Bengkulu sebagai ‘land of rafflesia’ cuma omong kosong kalau habitatnya terus dirambah,'' seru Jack. (erh)

http://news.okezone.com/read/2016/01/28/340/1299051/di-hutan-lindung-ini-35-rafflesia-mekar-sempurna

Rabu, 27 Januari 2016

MISTERI GUNUNG PATAH DI PERBATASAN BENGKULU - SUMSEL


BENGKULU - Selain memiliki gunung berapi Bukit Kaba di Desa Sumber Urip, Kecamatan Selupu Rejang, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu, dengan tinggi sekira 1.938 Mdpl. Provinsi Bengkulu juga memiliki Gunung Patah setinggi 2.817 Mdpl, yang terletak di garis perbatasan Provinsi Bengkulu dan Sumatera Selatan (Sumsel).
Tepatnya di kawasan hutan lindung Raje Mendare yang merupakan kawasan berhutan dengan memiliki mata air bagi dua provinsi, Bengkulu dan Sumsel

Gunung Patah itu diketahui memiliki tiga puncak utama, yakni Puncak Danau 2.550 Mdpl, puncak kawah 2.650 Mdpl dan puncak Gunung Patah masih 'perawan' alias belum ada jalur resmi untuk melakukan pendakian.
Namun, Gunung Patah masih menjadi misteri, apakah merupakan gunung vulkanis yang membahayakan atau hanya gunung api purba. Kerapatan vegetasi memperkaya ragam jenis satwa liar.
Gunung Patah itu berada di kawasan hutan lindung Raja Bendare, dengan wilayah titik terdekat dari Kecamatan Padang Guci Hulu, Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu, dan Desa Manau 9, Kabupaten Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu, atau sekira 6 hingga 7 jam dari Kota Bengkulu.
Salah satu tim ekspedisi pendaki Gunung Patah, R Tri Prayudhi menceritakan pendakian Gunung Patah yang telah dirintis sejak 2002. Itu tim lapangan yang terdiri dari sembilan orang dan lima manajemen tim.
Dalam ekpedisi itu, ia bersama rekannya yang alumni kampala, Tri Putra Kusuma, Mukti Aprian, dan Nopri Anto. Hanya saja, kata pria yang akrab disapa Jack ini, pendakian hanya mencapai titik 1.700 - 2.000 Mdpl, dengaan titik optimum 1.800 Mdpl, atau di sisi kanan Sungai Cawang Kidau.
Berdasarkan pengamatan lapangan, terang Jack, tim pendaki dari Kampala Unib, sempat menemukan beberapa spesies mamalia besar. Seperti owa, siamang, rusa sambar, jejak-jejak beruang, dan macan tutul. (abp
Tidak hanya itu, tumbuhan liar yang teridentifikasi di kawasan itu, ada 20 spesies anggrek hutan, armophopalus (bunga bangkai) Rafflesia Bengkuluensis, dan kantong semar.
''Jalur pendakian selama perjalanan merintis hutan, vegetasi rapat, berupa rotan manau. Lalu menyeberang dua sungai besar. Yakni Sungai Padangguci dan Sungai Cawang Kidau,'' kata pria yang juga senior Mapala Kampala Universitas Bengkulu (Unib) itu kepada Okezone, Selasa (26/1/2016).
Selanjutnya, beberapa rekan dari Mapala Palasostik Unib, kembali memulai melakukan eksplorasi melalui sisi timur dari Gunung Patah. Persisnya melalui Desa Candi yang masuk ke Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan.
Ia menambahkan, pada Mei 2015 beberapa eks pendaki Gunung Patah dengan tambahan personel kembali mencoba melakukan eksplorasi.
''Kita belum dapat mencapai target berupa danau, kawah, dan puncak Gunung Patah di ketinggian 2.817 Mdpl karena berbagai keterbatasan. Berdasarkan report para pendaki, bahwa kawan Palasostik telah berhasil mencapai puncak patah, namun untuk kawah dan dan danau tidak ditemukan,'' jelas Jack.
Tidak sampai di situ, pada Agustus 2015 beberapa pendaki dari mahasiswa UMY mencoba melakukan eksplorasi dari jalur timur Sumatera Selatan. Misi berhasil, yakni mencapai puncak Gunung Patah.
Kemudian, pada September 2015 beberapa pendaki dari Muara Enim, Sumatera Selatan, mencoba mendaki dari sisi timur laut. Lalu berhasil menemukan tapal batas provinsi, juga di puncak kawah yang ketinggiannya 2.600 mdpl.
''Gunung Patah masih menjadi misteri, apakah merupakan gunung vulkanis yang membahayakan atau hanyalah gunung api purba. Kerapatan vegetasi memperkaya ragam jenis satwa liar. Dari peta satelit kawasan Gunung Patah merupakan salah satu hutan topis yang masih alami di sepanjang bukit barisan dari NAD hingga lampung,'' tambah Jack.
''Kita akan kembali menggelar explorasi Gunung Patah di bulan Mei 2016 mendatang guna mengetahui misteri Gunung Patah,'' pungkas Jack. (abp)
Gunung Patah itu diketahui memiliki tiga puncak utama, yakni Puncak Danau 2.550 Mdpl, puncak kawah 2.650 Mdpl dan puncak Gunung Patah.
M.OKEZONE.COM|OLEH OKEZONE.COM

Selasa, 26 Januari 2016

Sang Cantigi (Vaccinium Varingiaufolium) di Jurang-Jurang Gunung Patah, Rimba Belantara Perbatasan Bengkulu- Sumsel


Ciri vegetasi pada sub alpin di cirikan dengan bentuk pohon yang rendah, kanopi atau tutupan tajuk tidak lebar, hal ini akan selalu tampak pada daerah puncak-puncak pegunungan.
Salah satu jenis pohon yang ditemukan oleh pendaki dari‪#‎SummitAdventure‬ ‪#‎Prabumulih‬ dan ‪#‎BlukarAdventure‬ ‪#‎TanjungEnim‬pada bulan september 2015 di Gunung Patah perbatasan Bengkulu -Sumsel, adalah jenis pohon Cantigi.
Pohon cantiggi ditemukan sejak ketinggian 2600 mdpl, dan tersebar di kawah gunung patah.
Populasi pohon Cantigi sekarang masih bisa ditemukan di hampir semua gunung di Indonesia. Cantigi merupakan tumbuhan yang tahan terhadap asap belerang dan tanah kawah beracun.
Tapi sayang banyak pendaki gunung yang tidak tahu dengan Cantigi. Cantigi masih kalah dengan kepopuleran Edelweis yang di puja dan menjadi legenda bunga abadi di puncak gunung oleh para pendaki.
Pohon Cantigi (Vaccinium Varingiaufolium) memiliki beberapa julukan antara lain, seperti Manis Rejo (Jawa), Cantigi (Sunda), Delima Montak (Kaltim). Pohon yang cantik ini biasanya hidup atau mudah terlihat di vegetasi menjelang puncak atau di puncak gunung, sama dengan wilayah tumbuhnya Edelweis.
Cantigi dominan tumbuh di hutan Sub Alpin. Juga ada yang hidup di pantai tetapi lebih terkenal Cantigi gunung.
Pohon Cantigi banyak memberikan bantuan terhadap pendaki, Akarnya yang kuat mencengkeram tanah dan tebing sering menjadi tumpuan atau pegangan pendaki ketika merangkak naik dan turun gunung.
Pohon ini pulalah yang melindungi pendaki dari terjangan badai dan juga menyediakan lantai yang nyaman untuk bivak. Ia hasilkan buah dan pucuk daun yang bisa dimakan bagi pendaki yang tersesat. Cantigi memiliki daya tahan yang hebat, dapat tumbuh di tempat yang tinggi dimana sedikit tersedia akses makanan dan nutrisi. Sehebat apapun badai, Cantigi tak akan tumbang. Kuat mengadapi cuaca yang ekstrim dingin, dan menepis panas yang lekang.
Populasi Cantigi bisa dinikmati dengan indah saat bulan Juli - Agustus, karena pada bulan - bulan tersebut Cantigi akan berbunga, bunganya kecil berwarna ungu gelap, berbentuk lonceng dan berbau seperti almond. Kayunya sangat keras, daunnya agak tebal. Ketika muda ia bewarna kemerahan, kemudian akan berubah menjadi oranye, kekuningan dan akhirnya hijau. Saat bulan itu juga Cantigi akan berbuah, berbentuk seperti beri warna hitam.
Dengan besarnya kegunaan yang diberikan, Cantigi dan pendaki sebaiknya saling menjaga. Mari kita mulai palingkan wajah dan harapan baik ke Cantigi.