Kamis, 04 Desember 2014

5 Tips Wisata ke Daerah Konservasi

SAM_8016
Berwisata ke alam liar atau wilayah konservasi dapat menyuguhkan dan menambah pengalaman berbeda. Tidak itu saja, berwisata ke wilayah konservasi juga akan membuka wawasan kita tentang pentingnya pelestarian lingkungan hidup dan merasakan secara langsung dampak dari kerusakan lingkungan.
Merencanakan wisata ke wilayah konservasi pada dasarnya berprinsip pada perjalanan yang tanggung jawab pada konservasi lingkungan. Berikut beberapa tips mempersiapkan perjalanan dan saat berwisata ke alam liar atau wilayah konservasi :
1. Persiapkan barang bawaan dengan efisien
Berwisata ke alam liar mengharuskan kita untuk membawa barang secukupnya agar tidak merepotkan untuk dibawa. Buatlah list barang yang memang penting dan berguna untuk kebutuhan selama perjalanan mulai dari tempat minum, makanan secukupnya, obat-obatan sampai jas hujan.
2. Berpakaian yang layak
Umumnya alam liar atau wilayah konservasi adalah berupa hutan, oleh karena itu pakaian yang layak perlu dijadikan perhatian. Terlebih lagi untuk menghormati budaya lokal, karena dibeberapa tempat, pakaian yang sopan sangat diharuskan. Waspada terhadap gigitan serangga dan pakailah alas kaki yang nyaman untuk perjalanan lapangan.
3. Patuhi peraturan yang ada
Wilayah konservasi pada umumnya memiliki peraturan-peraturan tertentu yang bertujuan agar tidak mengganggu satwa liar atau menjaga kelestarian lingkungan. Seperti contohnya tidak membuang sampah sembarangan. Masukanlah sampah ke tas terlebih dahulu dan buang disaat memang ada tempat sampah.
4. Dengarkan apa kata pemandu
Kita tidak perlu khawatir dan takut untuk berwisata ke alam liar karena biasanya di wilayah konservasi, turis diizinkan masuk dengan didampingi pemandu. Patuhi pemandu agar tidak tersesat atau malah melukai diri sendiri.
5. Bersikap baik
Selain mematuhi peraturan dan pemandu, kita juga diharuskan untuk menjaga sikap dan lisan. Menghormati keaneka ragaman hayati khususnya satwa liar dan juga menghormati warga lokal atau masyarakat adat.
Biasanya para traveller yang sudah biasa berwisata ke alam liar dan wilayah konservasi sudah tidak asing dengan prinsip aturan “take nothing but pictures, leave nothing but footprints and kill nothing but time”. Dengan mematuhi dan menghormati peraturan wilayang yang ada dan bersikap baik, kita siap menambah wawasan konservasi.

Kamis, 13 November 2014

Mengenal Gunung Kaba – Bengkulu



Kawah Mati Gunung Kaba foto Elang Hitam S2.9800291
Kawah Mati Gunung Kaba


KETERANGAN UMUM
Nama :Kaaba
Nama Kawah:

Terdapat 8 kawah di puncak, masing-masing a.l : (Gbr.1) Kaba Lama, Kaba Baru, Sumur letusan 1940 Kawah Baru, Vogelsang I, lubang letusan 1951 (Vogelsang II).

Lokasi
a.Geografi:3°31’0″ Lintang Selatan, dan 102°37’0″ Bujur Timur
b.Administrasi:Berada di wilayah Kecamatan Curup, Kabupaten Rejang Lebong, Propinsi Bengkulu
Ketinggian:1952 m di atas permukaan laut
Kota Terdekat:Bengkulu
Tipe Gunungapi:Strato
Pos Pengamatan:Pos Pengamatan G. Kaba, Desa Sumber Urip, Kec. Sambirejo, Kab. Rejanglebong, Bengkulu. Geografis 3o 28′ 41,70″ LS dan 102o 38′ 41,90″ BT. Ketinggian 1182 m dpl

Gambar 1 Peta Topografi Kawah Gunung Kaba
Peta Topografi Puncak dan Kawah G. Kaba
Peta Topografi Puncak dan Kawah G. Kaba

Bukit Kaba (1937 mdpl)  merupakan gunung api kembar dengan Gunung Hitam, gunung biring gunung kelam yang telah padam. Pada Puncaknya terdapat tiga buah Kawah yang cukup indah untuk dinikmati. (terletak di Kecamatan Selupu Rejang berjarak sekitar 104 Km dari Ibukota Propinsi Bengkulu, atau sekitar 19 Km dari ibukota kabupaten Rejang Lebong. Persimpangan menuju Bukit Kaba (Ds. Sumber Urip) merupakan jalur lintas sumatera yang menghubungkan provinsi Bengkulu dengan Provinsi Sumatera Selatan dengan kota terdekat adalah Lubuk Linggau (Sumsel) dan Kota Curup (Bengkulu).    
Wilayah Bukit Kaba merupakan daerah yang subur penghasil buah dan sayur. Dari kejauhan, hamparan hijau dan warna-warni buah-buahan sangat memanjakan mata para wisatawan.

Two climbers on Gunung Kaba (unknown photographer, 1936) Courtesy TropenMuseum Archives. Two climbers on Gunung Kaba (unknown photographer, 1936) Courtesy
Potensi Bukit Kaba 
  • Nama Kawasan
  • Taman Wisata Bukit Kaba
  • Letak geografis
  • 102035’ 1020 45 BT dan 3030’ 30 37’ LU.
  • Administrasi
  • Kecamatan Kabawetan, Kabupaten Kepahiang,
  • Kecamatan Selupu Rejang Dan Kecamatan Sindang Kelingi Kabupaten Rejang Lebong.
  • Status wilayah
  • Berdasarkan SK.MenHut No.166/KPTS-II/1998 ditetapkan sebagai kawasan konservasi alam yang diperuntukkan penggunaannya sebagai taman wisata alam dengan luas 15.070 Ha.
  • Inventarisasi Sumberdaya Gunungapi
  • Adanya endapan belerang di dasar kawah utama G. Kaba membuat sebagian kecil masyarakat di sekitar gunungapi ini memanfaatkannya dengan cara menggali secara tradisional. Namun saat ini penggalian tersebut sudah tidak dilakukan lagi, mengingat volume cadangannya yang tidak memadai untuk di tambang dalam skala kecil sekalipun.

Rabu, 12 November 2014

Mount Vulcano of Kaba Hills │Bukit Kaba - Bengkulu - Sumatran-Indonesia

Hamparan hijau di kaki Bukit Kaba benar-benar memanjakan mata, warna-warni buah dan sayur mayur yang tumbuh di sana membuat lansekap alam kian memikat dengan aktivitas ibu-ibu di tengah perkebunan sayur mayur. Panorama yang disuguhkan pun digenapi tampilan gunung api kembar dan gunung hitam yang telah padam.

Ada banyak gunung yang dapat di daki di Provinsi Bengkulu, seperti : Bukit Daun dan Bukit Kaba, gunung patah, gunung seblat dan gunung Hulu Palik. Namun Bukit Kaba yang lebih popular karena terkenal ramah untuk pendaki pemula. Letak gunung api ini berada Kabupaten Rejang Lebong dan kepahiang, merupakan kawasan resapan air untuk kedua kabupaten tersebut.


Pintu pendakian Bukit Kaba terletak di Desa Sumber Urip, Kecamatan Selupuh Rejang, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu. Ketinggian puncak Bukit Kaba sekira 1.973 m dpl dimana terdapat kawah besar di ketinggian sekira 1.700 m dpl yang menyuguhkan pemandangan menarik. Rutenya pun sudah terarah meliputi dua jalur, yakni jalur tanah yang biasa digunakan untuk trekking dan jalur aspal yang bisa dilewati oleh ojek. Jalur aspal dibuat sejak 1994 untuk melancarkan petugas yang pulang pergi mengamati aktivitas gunung.

Ditinjau dari sejarah letusannya, Bukit Kaba adalah gunung api aktif tipe A, yaitu tipe gunung yang pernah meletus tahun 1600 sampai sekarang. Ada 8 kawah yang dimiliki gunung ini tapi 5 diantaranya tertutup vegetasi. Bukit Kaba senantiasa dipantau oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (PVMB) yang bisa ditemui di kaki gunung. Petugas akan menginformasikan kepada Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat bahwa gunung ini aman atau tidak untuk didaki. Meskipun selama ini gunung menunjukkan pertanda baik-baik saja, Anda yang hendak naik disarankan untuk melakukan pengecekan terlebih dahulu ke pos penjaga.

Pos Pendakian ada di desa Sumber Urip, Talang Markisa, dari pos ini ada dua jalur, melalu jalur hutan dan jalur aspal yang dapat dilalu roda dua bahkan roda empat. Pendakian melalu jalur hutan, akan melewati sumber air panah alami, di jalur ini lebih landai, namun 1 km setelah itu ada namanyanya tebing cengen, disamping terjal, lincin jalurnya.

daerah ini bervegetasi hutan hujan tropis, jika anda pengamat satwa liar, di sekitar tebing cengeng ini sering ini terlihat siamang sedang bermain. berikutnya berlanjut melewati  punggungann hutan yang dilengkapi kemiringan tidak terlali ekstrem selama 20 jam. 

Jika sudah tiba di area kubah Bukit Kaba, Anda bisa menghela nafas panjang, meregangkan tubuh sejenak dan meluruskan kaki yang begitu letih. Dari situ, bersiaplah melalui 307 anak tangga untuk mencapai kawah dan puncak Bukit Kaba. Anda yang melewati jalur aspal pun harus menghadapi anak tangga tersebut setelah menaiki ojek selama 30 menit.

Dua puluh menit menapaki tangga akan terbayar setelah Anda melihat tiga buah kawah pada puncak Bukit Kaba. Asap yang mengepul dari dua kawah menandakan bahwa gunung ini masih aktif, satu kawah lain yang sudah mati tidak lagi mengeluarkan asap. Pagar-pagar yang bertengger di bibir kawah dibuat dengan maksud menjaga pengunjung agar tidak terjerembab ke dalam kawah.

Apabila Anda melihat buah-buahan atau bahkan sesajen di puncak kawah, ini merupakan pertanda bahwa Bukit Kaba masih dipercaya masyarakat  sebagai tempat menghaturkan doa. Mereka meminta banyak hal, mulai dari keselamatan hingga kesembuhan dari berbagai penyakit.
Bukit Kaba dari Sisi Selatan

Jangan ragu untuk mendaki ke Bukit Kaba walaupun Anda belum mengetahui banyak tentang informasinya. Ada Pokdarwis yang beranggotakan pria-pria Desa Sumber Urip, mereka siap membantu pendaki mengelola transportasi hingga konsumsi. Desa Sumber Urip dahulu menjadi kawasan transmigrasi bagi orang jawa, jadi wajar saja jika Anda akan menemukan banyak penduduk yang berbahasa Jawa di sini.

Mari Berpetualang

Puaskan hasrat hati berpetualang dengan melakukan petualangan ke banyak pelosok nusantara negeri ini. Pilihan dari menjelajahi hutang dengan trekking, hiking, bird watching, hingga bertemu satwa liar seperti siamang, gajah bermain di alam liar, menatap pesona bunga rafflesia atau menengok Matahari di puncak-puncak bukit barisan. 

Tak akan ada akhir dalam petualangan alam liar yang Anda bisa dapatkan di negeri nusantara ini. Mulailah jelajahi, Ayo berpetualang di nusantara Indonesia dan rasakan keajaiban alam yang megah dan tidak akan pernah Anda lupakan!

Rafflesia arnoldi @tabapenajung bengkulu foto siamangrimba@gmail.com

Mari Berpetualang

Puaskan hasrat hati berpetualang dengan melakukan petualangan ke banyak pelosok nusantara negeri ini. Pilihan dari menjelajahi hutang dengan trekking, hiking, bird watching, hingga bertemu satwa liar seperti siamang, gajah bermain di alam liar, menatap pesona bunga rafflesia atau menengok Matahari di puncak-puncak bukit barisan. 

Tak akan ada akhir dalam petualangan alam liar yang Anda bisa dapatkan di negeri nusantara ini. Mulailah jelajahi, Ayo berpetualang di nusantara Indonesia dan rasakan keajaiban alam yang megah dan tidak akan pernah Anda lupakan!

Rafflesia arnoldi @tabapenajung bengkulu foto siamangrimba@gmail.com

Selasa, 15 Juli 2014

KAMPALA ENGGANO EXPEDITION 2013


KEE(Kampala Enggano expedition)2013          KEE 2013 Merupakan suatu kegiatan Expedisi-ilmiah yang dilakukan oleh KAMPALA FP UNIB. kegiatan ini dilakukan di pulau Enggano merupakan Pulau Terdepan di Barat Sumatera. kegiatan ini mengangkat tiga aktivitas antaralain : Penelitian tutupan terumbu karang (Penelitian) Life-in dan mengenal aktifitas keseharian masyarakat antara ekonomi, sosial, dan budaya (pengabdian pada masyarakat), dan Pendidikan dan pelatihan bagi siswa sekolah dasar dan menengah di Desa Kahyapu Pulau Enggano (belajar-mengajar)
Pulau dua
Pulau dua secara administratif terletak di desa Kahyapu, pulau dua merupakan pulau terbesar diantara ketiga pulau tujuan riset terumbu karang, pulau dua memiliki jarak tempuh sekitar 15 menit dari pelabuhan desa Kahyapu. Pulau dua tidak memiliki penghuni yang tetap, karena pulau ini merupakan pulau yang dianggap cukup “mistis” diberbagai kalangan di masyarakat pulau Enggano. Pulau dua memiliki gugusan terumbu karang yang cukup luas mulai dari komunitas padang lamun hingga tubir pulau.
tutupan terumbu pulau dua kee2013
Tim Riset KEE 2013 melakukan penyelaman pada kedalaman 5 meter. Tim menemukan berbagai jenis terumbu karang yang berhasil diidentifikasi secara life form (bentuk pertumbuhan) antara lain : Arcopora Branching, Arcopora Digitate, Arcopora Encrusting, Arcopora Submassive, Acropora Tabulate, Non Arcopora Branching, Non Arcopra Encrusting, Non Arcopora Foliose, Non Arcopora Heliopora, Non Arcopora Massive, dan Non Arcopora Millepora. keberagaman  life form terumbu karang yang cukup tinggi ditunjukan dengan adanya sebelas bentuk pertumbuhan terumbu karang dari 13 total bentuk pertumbuhan terumbu karang. Keberagaman terumbu karang yang cukup tinggi mengidentifikasikan bahwa perairan dan ekosistem terumbu karang pulau dua bisa di kategaorikan baik, selain itu data yang dihimpunan dari tim riset KEE 2013 yang telah mengelolah hasil tutupan terumbu karang hidup pulau dua didapat tutupan karangnya 54% dari total panjang transek 30 meter (15 meter per stasiun dari dua stasiun penelitian) yang dikatagorikan “Bagus” (Berdasarkan SK Menteri LH 04/2001).
Pulau Merbau
Seperti halnya pulau dua pulau merbau juga terletak di desa teritorial Desa kahyapu. Pulau merbau juga tidak memiliki penghuni yang tetap, hal tersebut dikarenakan luasan pulau merbau yang cukup kecil dan kepadatan vegatasi yang besar serta luas pantai yang relatif lebih kecil.  pulau Merbau memiliki tutupan ekosistem terumbu karang yang lebih luas dari komunitas padang lamunnya. Untuk keberagaman jenis terumbu karang dengan bentuk pertumbuhannya didapat 12 jenis bentuk pertumbuhan antara lain ; Arcopora Branching, Arcopora Digitate, Arcopora Encrusting, Arcopora Submassive, Acropora Tabulate, Non Arcopora Branching, Non Arcopora Encrusting, Non Arcopora Foliose, Non Arcopora Heliopora, Non Arcopora Massive, Non Arcopora Millepora. dan Non Acopora Mushroom. Keberagaman terumbu karang yang tinggi mengidentifikasikan bahwa perairan dan ekosistem terumbu karang pulau Merbau bisa di kategaorikan baik. Persentase tutupan terumbu karang hidup mencapai 48% yang katagorikan “Bagus” (Berdasarkan SK Menteri LH 04/2001).
Pulau Bangkai
Seperti halnya pulau Dua dan pulau Merbau, pulau Bangkai juga terletak di desa teritorial Desa Kahyapu. Pulau Bangkai juga tidak memiliki penghuni yang tetap. Pulau Bangkai merupakan pulau terkecil dari ketiga lokasi target penelitian terumbu karang pulau Enggano. Pulau Bangkai memiliki sejarah dan cerita masyarakat yang cukup unik, pulau bangkai merupakan pulau pembuangan untuk masyarakat enggano yang menderita berbagai penyakit yang cukup aneh dimasa itu seperti penyakit kusta dan sebagainya. Dari cerita tersebut sebagian masyarakat Pulau Enggano masih menganggap pulau Bangkai merupakan pulau yang dilarang untuk didatangi langsung. Untuk keberagaman jenis terumbu karang dengan bentuk pertumbuhannya didapat 6 jenis bentuk pertumbuhan antara lain ; Arcopora Branching, Arcopora Digitate, Arcopora Encrusting, Non Arcopora Branching, Non Arcopora Encrusting,  dan Non Acopora Mushroom. Keberagaman terumbu karang pulau Bangkai sangatlah kecil hal tersebut juga didukung oleh presentasi tutupan karang hidup yang hanya sebesar 28% yang menurut SK Menteri LH 04/2001 ekosistem Terumbu Karang pulau dua dikatagorikan Sedang.
Dari hasil penelitian tim riset KEE 2013 ditemukan banyak patahan-patahan terumbu karang yang dilewati garis transek. Dari pengamatan tim riset KEE 2013 diprediksi bahwa kerusakan terumbu karang telah lama terjadi, kerusakan terumbu karang tersebut juga diprediksi akibat kerusakan secara alami dengan adanya gempa tahun 2000 ditunjukan dengan patahan yang hampir sama panjang dan merata serta kerusakan non alami akibat penyalah gunaan alat tangkap seperti Trawl atau pukat harimau.Dari hasil wawancara dengan masyarakat Pulau Enggano, diketahui bahwa pulau tersebut memang destinasi bagi nelayan Pulau Enggano karena keberadaan ikan Ekonomis Konsumsinya yang cukup berlimpah life-in tim kee di pulau engganodan mudah untuk ditangkap. Sehingga mengindentifikasikan bahwa kerusakan ekosistem terumbu karang pulau Bangkai memang diakibatkan penyalahgunaan alat tangkap ikan (non-alami).
Life-in dan mengenal aktifitas keseharian masyarakat antara ekonomi, sosial, dan budaya
Aktifitas masyarakat Pulau Enggano sudah sepertiaktifitas Sosial-masyarakat Perdesaan pada umumnya dimana antar masyarakat bersatu sebagai suatu keluarga besar desa yang dipimpin oleh kepala desa dengan kepala suku sebagai ketua adat yang berkoordinasi untuk membuat peraturan desa (Perdes) sehingga kebudayaan dan kebiasaan masyarakat asli enggano tetap terjaga.
Pendidikan dan pelatihan bagi siswa sekolah dasar dan menengah di Desa Kahyapu Pulau Enggano edukasi pulau enggano kee2013
Pada tahap pendidikan dilakukan tahap penelitian dengan cara presentasi visual, Interactive Discussion, Stimulating Games, Field Observation, student’s creativity and Analysis. Dimana anak-anak diajak untuk belajar sambil bermain dengan diskusi dua-arah antara pemateri dan audien, setelah itu anak-anak langsung diajak melihat kelapangan hasil materi yang telah diberikan dilanjutkan dengan menuangkan hasil materi diruangan dan dilapangan dalam bentuk karya nyata berupa gambar setelah itu anak-anak diajak berikrar untuk menjaga lingkungan khususnya lingkungan laut Pulau Enggano sejak dini.

Secara garis besar pulau Enggano memiliki Potensi bawah laut yang sangat luarbiasa namun tidak didukung dengan pengetahuan yang cukup baik dari masyarakat tentang potensi daerah mereka sehingga diperlukan pendidikan tentang potensi dan sikap untuk menjaga ekosistemnya sejak usia dini sehingga kelestarian tersebut tetap terjaga. Selain itu tim KEE2013 merekomendasikan pulau Dua dan pulau Merbau untuk dijadikan spot penyelaman terumbu karang serta pulau Bangkai untuk direhabilitasi.

Diharapkan dari kegiatan ekspedisi ini dapat memotivasi mahasiswa dengan segala keterbatasan dapat berguna untuk mencapai Impian Bersama masyarakat Indonesia.(redscraftarmy2012) 
“Tumbuh Bukan Untuk Dirusak Biarkan Mekar Harum Semerbak”
Sumber : KAMPALA FP UNIB

Rabu, 01 Januari 2014

Expedisi Pelosok PALASOSTIK UNIB : MENJANGKAU YANG TAK TERJANGKAU

MENJANGKAU YANG TAK TERJANGKAU

spanduk xpdc
TELAPAK (1/12)  Mendengar kata pelosok, terbayang sesuatu yang jauh dari pusat kota dan sulit terjangkau pembangunan. Data di Badan Pemberdayaan Pemerintah dan Masyarakat Desa (BPPMD) Provinsi, tercatat ada 1.356 desa se-Provinsi Bengkulu. Sebanyak 670 desa diantaranya, masuk ke dalam kategori pelosok.
Berangkat dari visi misi dan kajian ilmu, organisasi Pencinta Alam Sosial Politik (Palasostik) yang diketuai Jhoni Anggariksa mengimplementasikan dalam program kerja bernama Ekspedisi Pelosok.
Ekspedisi Pelosok dikomandoi Anggota Biasa (AB) Palasostik Yovy Saputra. Kegiatan berlangsung 1-7 Desember 2014. Mahasiswa Administrasi Negara itu mengungkapkan,  persiapan ekspedisi sudah berlangsung selama tiga bulan. Ada beberapa desa yang akan menjadi tujuan tim Ekspedisi Pelosok.
“Desa pertama adalah Desa Sungai Lisai, Kecamatan Pinang Berlapis Kabupaten Lebong. Desa terpencil ini berada di wilayah Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS),” terang Yovie saat ditemui wartawan Buletin TELAPAK.
Menjangkau Desa Sungai Lisai, harus berjalan kaki. Sarana transportasi belum ada, karena jalurnya hanya jalan setapak. Waktu tempuhnya berkisar 4-6 jam. Bagi yang ingin ke sana harus menyeberangi dua sungai yang cukup besar.
Di Desa Sungai Lisai, tim ekspedisi akan melakukan aktivitas penelitian sosial masyarakat, adat, budaya dan kualitas pendidikan. Didukung tim multimedia TELAPAK, juga akan ada pembuatan dokumenter, foto dan pengumpulan bahan tulisan yang akan dimuat dalam buletin.
“Targetnya hasil dari Ekspedisi Pelosok ini akan kami buat dalam bentuk seminar nasional, film dokumenter dan penerbitan buku,” kata Yovie.
Desa Sungai Lisai memiliki lahan garapan seluas 100 hektare. Penduduknya ada 100 Kepala Keluarga (KK). Desa yang mayoritas warganya merupakan suku Madras Jambi ini mengandalkan mata pencaharian dari hasil pertanian (padi, nila, kopi dan kayu manis), mengelola hasil hutan dan berburu.  
Di desa ini baru ada Sekolah Dasar (SD) dengan jumlah murid 100 orang. Untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA), belum ada.
Ketua Umum Palasostik Jhony Anggariksa menjelaskan, kajianEkspedisi Pelosok ini dilakukan supaya pemerintah sadar akan pengembangan manusia di pinggiran hutan. Terutama yang masih masuk katagori terpencil.
“Kami berharap dengan adanya informasi-informasi baru seputar kehidupan masyarakat di desa-desa terpencil, bisa membuka pikiran pemerintah, masyarakat kota, instansi bersangkutan dan para wakil rakyat,” ujar Jhoni.(TP)
Sumber : Blogger PALASOSTIK UNIB