MENJANGKAU YANG TAK TERJANGKAU
TELAPAK (1/12) – Mendengar kata pelosok, terbayang sesuatu yang jauh dari pusat kota dan sulit terjangkau pembangunan. Data di Badan Pemberdayaan Pemerintah dan Masyarakat Desa (BPPMD) Provinsi, tercatat ada 1.356 desa se-Provinsi Bengkulu. Sebanyak 670 desa diantaranya, masuk ke dalam kategori pelosok.
Berangkat dari visi misi dan kajian ilmu, organisasi Pencinta Alam Sosial Politik (Palasostik) yang diketuai Jhoni Anggariksa mengimplementasikan dalam program kerja bernama Ekspedisi Pelosok.
Ekspedisi Pelosok dikomandoi Anggota Biasa (AB) Palasostik Yovy Saputra. Kegiatan berlangsung 1-7 Desember 2014. Mahasiswa Administrasi Negara itu mengungkapkan, persiapan ekspedisi sudah berlangsung selama tiga bulan. Ada beberapa desa yang akan menjadi tujuan tim Ekspedisi Pelosok.
“Desa pertama adalah Desa Sungai Lisai, Kecamatan Pinang Berlapis Kabupaten Lebong. Desa terpencil ini berada di wilayah Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS),” terang Yovie saat ditemui wartawan Buletin TELAPAK.
Menjangkau Desa Sungai Lisai, harus berjalan kaki. Sarana transportasi belum ada, karena jalurnya hanya jalan setapak. Waktu tempuhnya berkisar 4-6 jam. Bagi yang ingin ke sana harus menyeberangi dua sungai yang cukup besar.
Di Desa Sungai Lisai, tim ekspedisi akan melakukan aktivitas penelitian sosial masyarakat, adat, budaya dan kualitas pendidikan. Didukung tim multimedia TELAPAK, juga akan ada pembuatan dokumenter, foto dan pengumpulan bahan tulisan yang akan dimuat dalam buletin.
“Targetnya hasil dari Ekspedisi Pelosok ini akan kami buat dalam bentuk seminar nasional, film dokumenter dan penerbitan buku,” kata Yovie.
Desa Sungai Lisai memiliki lahan garapan seluas 100 hektare. Penduduknya ada 100 Kepala Keluarga (KK). Desa yang mayoritas warganya merupakan suku Madras Jambi ini mengandalkan mata pencaharian dari hasil pertanian (padi, nila, kopi dan kayu manis), mengelola hasil hutan dan berburu.
Di desa ini baru ada Sekolah Dasar (SD) dengan jumlah murid 100 orang. Untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA), belum ada.
Ketua Umum Palasostik Jhony Anggariksa menjelaskan, kajianEkspedisi Pelosok ini dilakukan supaya pemerintah sadar akan pengembangan manusia di pinggiran hutan. Terutama yang masih masuk katagori terpencil.
“Kami berharap dengan adanya informasi-informasi baru seputar kehidupan masyarakat di desa-desa terpencil, bisa membuka pikiran pemerintah, masyarakat kota, instansi bersangkutan dan para wakil rakyat,” ujar Jhoni.(TP)
Sumber : Blogger PALASOSTIK UNIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar