Sabtu, 13 Februari 2016

Mencintai tidak harus memiliki.


‪#‎efekGalau‬ gak ada rencana ‪#‎valentine‬

Sepertinya kisah kisah percintaan banyak yang gagal paham dalam memaknai.
Banyak kisah cinta yang dipaksakan berujung pada kematian, tentu ini menyakitkan, jika rasa cinta yang di ungkapkan atas nama kasih sayang ternyata menjadi salah persepsi. Tentu ini bukan karena janur kuning sudah melengkung, atau cincin emas sudah terikat pada jari manis, bukan itu masalah cinta tidak harus memiliki.

Dan keyakinan ini pasti disetujui oleh para aktivis, para ulama berbagai macam agama dan pastinya para profesor.

Kecintaan pada satwa liar yang menjadi salah kaprah dan salah persepsi hingga akhirnya memiliki secara paksa, yang menjadikan satwa pengemis, atau tersiksa dalam kurungan karena sang pemilik gagal paham dalam konsep cinta dan kasih.
"Banyak orang salah kaprah, mengaku sayang akhirnya memelihara satwa liar. Rasa sayang tidak harus dengan memiliki," .

Masyarakat sebenarnya menjadi elemen penting dalam mencegah perdagangan satwa liar, baik yang dilindungi maupun yang tidak dilindungi.

Jika menemukan satwa yang diperjual belikan maka langkah yang bisa diambil adalah dengan tidak membeli satwa tersebut.

"Peran masyarakat umum besar sekali, mereka yang sudah mengerti, tidak membeli satwa liar apalagi yang dilindungi," masyarakat yang sudah tahu diharapkan mengedukasi masyarakat yang belum tahu. Permasalahan muncul, karena belum semua tahu tentang adanya aturan yang melarang penangkapan dan penjualan satwa liar.

Mencintai satwa itu sangat penting, mengapa penting karena kalau kita memelihara satwa maka kita harus juga mempertimbangkan berbagai macam hal, salah satunya adalah bagaimana tingkat kesejahteraan mereka, kelayakan hidup mereka, dan di bawah ini ada hal yang wajib di pertimbangkan dan menjadi catatan bagi masyarakat yang mengaku sebagai penyayang satwa.

Lima hak kebebasan hewan dapat diuraikan sebagai berikut :
1.BEBAS DARI RASA LAPAR DAN HAUS Tersedianya air minum dan makan yang layak, higienis dan memenuhi gizi serta sesuai dengan musim. Pemberian makanan yang tepat dan proporsional.
2.BEBAS DARI RASA PANAS DAN TIDAK NYAMANAdanya tempat berteduh, area untuk istirahat dan fasilitas yang sesuai dengan perilaku satwa.
3.BEBAS DARI LUKA, PENYAKIT DAN SAKITPengobatan dan pencegahan penyakit, diagnosa yang cepat dan tepat serta lingkungan yang higienis sehingga kuman patogen (bahaya) dapat dicegah dan dikontrol.
4.BEBAS MENGEKSPRESIKAN PERILAKU NORMALDAN ALAMI Tersedianya ruang tempat tinggal yang memadai, fasilitas kandang yang sesuai dengan tingkah laku (behavior) satwa dan adanya teman untuk berinteraksi sosial.
5.BEBAS DARI RASA TAKUT DAN PENDERITAAN Tidak ada konflik (pertengkaran) antar atau lain species, tidak adanya gangguan dari hewan pemangsa (predator).

“Tiada makhluk yang merayap di bumi, tiada burung yang terbang dengan sayap-sayapnya, melainkan mereka adalah umat-umat yang serupa dengan kamu. Kami tidak mengalpakan sesuatu di dalam Alquran, kemudian kepada Pemelihara mereka, mereka akan dikumpulkan.” (Surah 6:38).
Konsep kasih sayang pada satwa dalam ajaran islam.

Perintah bagi umat muslim tercantum Nabi saw., mengajarkan bahwa sikap dan tindakan kita terhadap binatang akan-di antaranya-menentukan nasib kita di akhirat.

Dalam Al Quran memuat berbagai ayat tentang pentingnya pelestarian satwa (hewan) dan menjaga keseimbangan ekosistem di bumi. Ayat-ayat yang memuat firman Allah SWT tersebut menegaskan peran penting manusia, sebagai khalifah di bumi, untuk turut serta menyelamatkan dan melestarikan satwa-satwa (termasuk satwa langka) agar tidak punah.

Dalam beberapa ayat tersebut, jelas menunjukkan pentingnya melakukan perlindungan dan pelestarian terhadap hewan, baik hewan peliharaan ataupun hewan liar (satwa liar). Pun dalam menjaga keseimbangan ekosistem di bumi.

Dalam al-Qur'an menyuruh setiap Muslim untuk memperlakukan hewan dengan rasa belas kasihan dan tidak menganiaya mereka. Hewan beserta makhluk lain dipercaya senantiasa memuji Tuhan, walau pujian ini tidak dinyatakan sebagaimana yang manusia perbuat.(lihat Qur'an 17:44).

Dalam al-Qur'an secara khusus mengizinkan daging hewan untuk dimakan (lihat Qur'an 5:1). Walaupun sebagian para Sufi mengamalkan vegetarianisme, hingga kini, tidak ada pembicaraan serius mengenai kemungkinan tafsiran vegetarianisme. Hewan boleh dimakan dengan syarat ia disembelih sesuai syariat yang telah ditetapkan. Pengecualiannya adalah babi, bangkai, dan hewan yang tidak disembelih atas nama Allah.
Islam menganggap hewan sebagai makhluk yang harus dihargai. Karenanya, Islam menetapkan etika manusia terhadap hewan yaitu :

Memberinya makan-minum, jika hewan-hewan tersebut lapar dan haus, karena dalil-dalil berikut: Sabda Rasulullah: Terhadap yang mempunyai hati yang basah terdapat pahala, (Diriwayatkan Ahmad dan Ibnu Majah). Siapa tidak menyayangi, ia tidak akan disayangi, (Muttafaq Alaih).

Sayangilah siapa saja yang ada di bumi, niscaya kalian disayangi siapa saja yang ada di langit (Diriwayatkan Ath-Thabrani dan Al Hakim).

Menyayanginya, dan berbelas kasih kepadanya, Ketika Rasulullah melihat orang-orang menjadikan burung sebagai sasaran anak panah, dia bersabda: Allah melaknat siapa saja yang menjadikan sesuatu yang bernyawa sebagai sasaran, (Diriwayatkan Abu Daud dengan sanad shahih).

Rasulullah melarang menahan hewan untuk dibunuh dengan sabdanya: Barangsiapa yang menyakiti ini (burung) dengan anaknya; kembalikan anaknya padanya, (Diriwayatkan Muslim). Rasulullah bersabda seperti itu, karena melihat burung terbang mencari anak-anaknya yang diambil salah seorang sahabat dari sarangnya.

Jika ia ingin menyembelihnya, atau membunuhnya, maka ia melakukannya dengan baik, karena Rasulullah bersabda: Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat baik kepada segala hal. Oleh karena itu, jika kalian membunuh, maka bunuhlah dengan baik. Jika kalian menyembelih, maka sembelihlah dengan baik. Hendaklah salah seorang dan kalian menenangkan hewan yang akan disembelihnya, dan menajamkan pisaunya, (Diriwayatkan Muslim, At Tirmidzi, An-Nasai, Abu Daud, dan Ahmad).

Tidak menyiksanya dengan cara-cara penyiksaan apapun baik dengan melaparkannya, atau meletakkan padanya muatan yang tidak mampu ia angkut, atau membakarnya dengan api, karena dalil-dalil berikut: Rasulullah saw. bersabda, Seorang wanita masuk neraka karena kucing. Ia menahannya hingga mati. Ia masuk neraka karenanya, karena ia tidak memberinya makan sebab ia menahannya, dan tidak membiarkannya makan serangga-serangga tanah, (Diriwayatkan Al-Bukhari).

Rasulullah berjalan melewati rumah semut yang terbakar, kemudian dia bersabda, Sesungguhnya siapa pun tidak pantas menyiksa dengan api, kecuali pemilik api itu sendiri (Allah), (Diriwayatkan Abu Daud. Hadits ini Shahih).

Dalam Kitab Suci Alquran banyak ayat-ayat yang mengacu pada kesucian hidup hewan dan hak-hak hewan yang sederajat untuk hidup dalam damai, mencari Tuhan, dan berkembang menuju kesadaran Tuhan, serta serupa dengan manusia di bumi ini.

“Tidakkah kamu melihat bagaimana segala yang di langit dan di bumi menyanjung Allah, dan burung-burung mengembangkan sayap-sayap mereka? Masing-masing – Dia mengetahui solatnya, dan sanjungannya, dan Allah mengetahui apa yang mereka buat. (Surah 24:41)

Kitab Suci Alquran sama sekali tidak menganjurkan agar kita menjadi pencabut nyawa mereka:
“…Begitulah Kami menundukkan mereka untuk kamu, supaya kamu berterima kasih.” (Surah 22:36)
“Dia yang melantik kamu khalifah-khalifah (pengganti-pengganti) di bumi.” (Surah 35:39)
Alquran menekankan bahwa hewan dan manusia memiliki hak yang sama terhadap kekayaan bumi , juga mengatakan bahwa di mata Tuhan, mereka sama dengan manusia, dan Tuhan berkomunikasi dengan mereka dengan cara yang sama persis dengan manusia(Surah 25:48-49, 32:27, 79:31-33)

Dosakah kamu memelihara satwa atas nama sayang? Padahal mereka (satwa) bertasbih pada sang pencipta drngan cara sendiri-sendiri yaiti menjalankan fungsi ekologis di alam.
Masih mau pelihara satwa liar ?
Biarkan mereka hidup bebas di habitat alaminya.