KEE 2013 Merupakan suatu kegiatan Expedisi-ilmiah yang dilakukan oleh KAMPALA FP UNIB. kegiatan ini dilakukan di pulau Enggano merupakan Pulau Terdepan di Barat Sumatera. kegiatan ini mengangkat tiga aktivitas antaralain : Penelitian tutupan terumbu karang (Penelitian) Life-in dan mengenal aktifitas keseharian masyarakat antara ekonomi, sosial, dan budaya (pengabdian pada masyarakat), dan Pendidikan dan pelatihan bagi siswa sekolah dasar dan menengah di Desa Kahyapu Pulau Enggano (belajar-mengajar)
Pulau dua
Pulau dua secara administratif terletak di desa Kahyapu, pulau dua merupakan pulau terbesar diantara ketiga pulau tujuan riset terumbu karang, pulau dua memiliki jarak tempuh sekitar 15 menit dari pelabuhan desa Kahyapu. Pulau dua tidak memiliki penghuni yang tetap, karena pulau ini merupakan pulau yang dianggap cukup “mistis” diberbagai kalangan di masyarakat pulau Enggano. Pulau dua memiliki gugusan terumbu karang yang cukup luas mulai dari komunitas padang lamun hingga tubir pulau.
Tim Riset KEE 2013 melakukan penyelaman pada kedalaman 5 meter. Tim menemukan berbagai jenis terumbu karang yang berhasil diidentifikasi secara life form (bentuk pertumbuhan) antara lain : Arcopora Branching, Arcopora Digitate, Arcopora Encrusting, Arcopora Submassive, Acropora Tabulate, Non Arcopora Branching, Non Arcopra Encrusting, Non Arcopora Foliose, Non Arcopora Heliopora, Non Arcopora Massive, dan Non Arcopora Millepora. keberagaman life form terumbu karang yang cukup tinggi ditunjukan dengan adanya sebelas bentuk pertumbuhan terumbu karang dari 13 total bentuk pertumbuhan terumbu karang. Keberagaman terumbu karang yang cukup tinggi mengidentifikasikan bahwa perairan dan ekosistem terumbu karang pulau dua bisa di kategaorikan baik, selain itu data yang dihimpunan dari tim riset KEE 2013 yang telah mengelolah hasil tutupan terumbu karang hidup pulau dua didapat tutupan karangnya 54% dari total panjang transek 30 meter (15 meter per stasiun dari dua stasiun penelitian) yang dikatagorikan “Bagus” (Berdasarkan SK Menteri LH 04/2001).
Pulau Merbau
Seperti halnya pulau dua pulau merbau juga terletak di desa teritorial Desa kahyapu. Pulau merbau juga tidak memiliki penghuni yang tetap, hal tersebut dikarenakan luasan pulau merbau yang cukup kecil dan kepadatan vegatasi yang besar serta luas pantai yang relatif lebih kecil. pulau Merbau memiliki tutupan ekosistem terumbu karang yang lebih luas dari komunitas padang lamunnya. Untuk keberagaman jenis terumbu karang dengan bentuk pertumbuhannya didapat 12 jenis bentuk pertumbuhan antara lain ; Arcopora Branching, Arcopora Digitate, Arcopora Encrusting, Arcopora Submassive, Acropora Tabulate, Non Arcopora Branching, Non Arcopora Encrusting, Non Arcopora Foliose, Non Arcopora Heliopora, Non Arcopora Massive, Non Arcopora Millepora. dan Non Acopora Mushroom. Keberagaman terumbu karang yang tinggi mengidentifikasikan bahwa perairan dan ekosistem terumbu karang pulau Merbau bisa di kategaorikan baik. Persentase tutupan terumbu karang hidup mencapai 48% yang katagorikan “Bagus” (Berdasarkan SK Menteri LH 04/2001).
Pulau Bangkai
Seperti halnya pulau Dua dan pulau Merbau, pulau Bangkai juga terletak di desa teritorial Desa Kahyapu. Pulau Bangkai juga tidak memiliki penghuni yang tetap. Pulau Bangkai merupakan pulau terkecil dari ketiga lokasi target penelitian terumbu karang pulau Enggano. Pulau Bangkai memiliki sejarah dan cerita masyarakat yang cukup unik, pulau bangkai merupakan pulau pembuangan untuk masyarakat enggano yang menderita berbagai penyakit yang cukup aneh dimasa itu seperti penyakit kusta dan sebagainya. Dari cerita tersebut sebagian masyarakat Pulau Enggano masih menganggap pulau Bangkai merupakan pulau yang dilarang untuk didatangi langsung. Untuk keberagaman jenis terumbu karang dengan bentuk pertumbuhannya didapat 6 jenis bentuk pertumbuhan antara lain ; Arcopora Branching, Arcopora Digitate, Arcopora Encrusting, Non Arcopora Branching, Non Arcopora Encrusting, dan Non Acopora Mushroom. Keberagaman terumbu karang pulau Bangkai sangatlah kecil hal tersebut juga didukung oleh presentasi tutupan karang hidup yang hanya sebesar 28% yang menurut SK Menteri LH 04/2001 ekosistem Terumbu Karang pulau dua dikatagorikan “Sedang”.
Dari hasil penelitian tim riset KEE 2013 ditemukan banyak patahan-patahan terumbu karang yang dilewati garis transek. Dari pengamatan tim riset KEE 2013 diprediksi bahwa kerusakan terumbu karang telah lama terjadi, kerusakan terumbu karang tersebut juga diprediksi akibat kerusakan secara alami dengan adanya gempa tahun 2000 ditunjukan dengan patahan yang hampir sama panjang dan merata serta kerusakan non alami akibat penyalah gunaan alat tangkap seperti Trawl atau pukat harimau.Dari hasil wawancara dengan masyarakat Pulau Enggano, diketahui bahwa pulau tersebut memang destinasi bagi nelayan Pulau Enggano karena keberadaan ikan Ekonomis Konsumsinya yang cukup berlimpah dan mudah untuk ditangkap. Sehingga mengindentifikasikan bahwa kerusakan ekosistem terumbu karang pulau Bangkai memang diakibatkan penyalahgunaan alat tangkap ikan (non-alami).
Life-in dan mengenal aktifitas keseharian masyarakat antara ekonomi, sosial, dan budaya
Aktifitas masyarakat Pulau Enggano sudah sepertiaktifitas Sosial-masyarakat Perdesaan pada umumnya dimana antar masyarakat bersatu sebagai suatu keluarga besar desa yang dipimpin oleh kepala desa dengan kepala suku sebagai ketua adat yang berkoordinasi untuk membuat peraturan desa (Perdes) sehingga kebudayaan dan kebiasaan masyarakat asli enggano tetap terjaga.
Pada tahap pendidikan dilakukan tahap penelitian dengan cara presentasi visual, Interactive Discussion, Stimulating Games, Field Observation, student’s creativity and Analysis. Dimana anak-anak diajak untuk belajar sambil bermain dengan diskusi dua-arah antara pemateri dan audien, setelah itu anak-anak langsung diajak melihat kelapangan hasil materi yang telah diberikan dilanjutkan dengan menuangkan hasil materi diruangan dan dilapangan dalam bentuk karya nyata berupa gambar setelah itu anak-anak diajak berikrar untuk menjaga lingkungan khususnya lingkungan laut Pulau Enggano sejak dini.
Secara garis besar pulau Enggano memiliki Potensi bawah laut yang sangat luarbiasa namun tidak didukung dengan pengetahuan yang cukup baik dari masyarakat tentang potensi daerah mereka sehingga diperlukan pendidikan tentang potensi dan sikap untuk menjaga ekosistemnya sejak usia dini sehingga kelestarian tersebut tetap terjaga. Selain itu tim KEE2013 merekomendasikan pulau Dua dan pulau Merbau untuk dijadikan spot penyelaman terumbu karang serta pulau Bangkai untuk direhabilitasi.
Diharapkan dari kegiatan ekspedisi ini dapat memotivasi mahasiswa dengan segala keterbatasan dapat berguna untuk mencapai Impian Bersama masyarakat Indonesia.(redscraftarmy2012)
“Tumbuh Bukan Untuk Dirusak Biarkan Mekar Harum Semerbak”
Sumber : KAMPALA FP UNIB